Kenapa Harus Kata Ngabuburit?

Kenapa harus kata ngabuburit-Zakiiaydia

Dalam postingan ini akan dibahas mengenai kenapa harus kata ngabuburit yang selalu ramai digunakan ketika bulan ramadhan tiba.

Kata ngabuburit pertamanya berasal dari burit namun dengan penambahan awalan Nga dan proses redupklikasi dwipurwa (pengulangan kata imbuhan pertama) kata tersebut menjadi ngabuburit. Bagi kalangan orang sunda sudah barang tentu mengenal jargon ngabuburit, hal itu tak lain karena kata ngabuburit pada awalnya berasal dari bahasa sunda yang mempunyai arti awal "senja/sore".

Secara etimologis kata ngabuburit mempunyai arti menunggu senja, senada dengan pengertian diatas dalam Lembaga Basa dan Sastra Sunda (LBSS), ngabuburit berarti ngalantung ngadagoan burit, yang artinya kurang lebih bersantai-santai sambil menunggu waktu sore. Namun secara istilah kata ngabuburit mempunyai makna yang lebih luas karena kata ngabuburit senantiasa menjadi jargon yang khas ketika bulan ramadhan tiba, ngabuburit bisa diartikan menunggu buka puasa sambil menghabiskan waktu dengan aktivitas-aktivitas yang positiv.

Pengertian itu sejalan dengan makna ngabuburit yang tercantum dalam Ensiklopedia Sunda: menunggu saat berbuka puasa sambil mengerjakan sesuatu atau bermain-main, berjalan-jalan sekadar melupakan perut lapar sampai magrib.

Fenomena meluasnya pemakaian kata ngabuburit di iklan atau di acara TV setidaknya harus sedikit dipertanyakan, kenapa harus kata sunda "ngabuburit" yang senantiasa muncul di TV, iklan dan media lain-nya?. Kenapa tidak dari bahasa Jawa "ngenteni buko", Minang ataupun Bahasa yang ada di Indonesia?. Untuk menjawab nya mungkin saya akan memakai penilaian yang subjektif karena tulisan ini dimaksudkan untuk sedikit mengunggah penasaran saya, kenapa koq ngabuburit yang menjadi jargon yang terkenal?.

Pertama yang harus kita perhatikan adalah bahwa suatu bahasa itu tidak akan mungkin berkembang apabila tidak ada penutur yang berkomunikasi menggunakan bahasa, bahasa yang tidak dipakai dan kehilangan penuturnya lambat laun akan mengalami kepunahan. Demikian pula dengan fenomena menjamurnya kata ngabuburit pada saat ini, hal yang menyebabkan terjadi perluasan kata ini salah satunya adalah dikarenakan oleh penutur yang mempunyai peran penting untuk mengenalkan kata ngabuburit kepada penutur lain-nya.

Begitu penutur mengenal istilah ini makan tidak ada yang bisa menyangkal kata-kata ini sebagai jargon yang selalu diasosiasikan sebagai aktivitas menunggu buka puasa pada bulan ramadhan/hari puasa. Karena itulah bahasa adalah konvensional, yang artinya kata ngabuburit tidak menjadi buah pertanyaan lagi meskipun dikenalkan kepada penutur yang notabennya bukan orang-orang sunda. Contohnya mungkin sekarang banyak penutur yang bukan orang-orang sunda mulai menggunakan ngabuburit sebagai sebuah ajakan pada penutur lain-nya.

Lalu kenapa bukan dari bahasa lain sebagai pengganti kata ngabuburit?. Mungkin pertanyaan ini yang agak sedikit ruwet untuk dijawab. Namun pendapat saya tentang pertanyaan ini mungkin dikarenakan pada waktu dulu konon katanya pernah ada seorang artis keturunan sunda yang diwawancarai oleh salah satu TV terkemuka, lantas dia mengenalkan kata tersebut kepada khalayak masyarakat melalu media.

Media yang menjadi sesuatu alat komunikasi yang efektif ternyata mempunyai peran penting dalam pengenalan kata ngabuburit ini. Dengan terusnya digombar-gombarkan kata ngabuburit ternyata membuat masyarakat mulai terbiasa dengan kata ini dan lantas menggunakannya juga sebagai sebuah jargon yang khusus dipakai pada bulan ramadhan/hari-hari puasa.

Nah begitulah pembahasan yang sangat singkat sekali tentang kata ngabuburit, perlu digaris bawahi bahwa penulis dengan amat mengharapkan ada yang meninggalkan komentarnya tentang penulisan subjektif ini. Hal ini sangat berguna sekali bagi kita dalam mengupayakan belajar bareng didunia maya. Syukron jiddan.
By: Muhammad Zaki Al Aziz

Hai, selamat datang di website personal saya. Perkenalkan nama saya Muhammad Zaki Al Aziz, asli dari Bandung. Dulu pernah sekolah di Darul Arqam, Sastra Inggris S1 dan Sejarah Kebudayaan Islam S2 UIN. Sekarang saya adalah seorang Guru di MBS di Bandung.

Post a Comment

11 Comments

  1. good...artikelnya bagus banget buat memperluas cakrawala

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah :) semoga bermanfaat dan terima kasih atas kunjungannya. Saya hendak mampir ke blognya dan melihat ada abon kepiting, jadi pengen nyobain hehe

      Delete
  2. dan satu lagi, di daerah saya juga ada istilah nyubuh. untung bukan setubuh bisa batal deh puasanye. hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwkwk Nyubuh mah berarti atos sahur atuh bang :D
      Daerah mana gitu bang usup?

      Delete
    2. ya memang kegiatan tersebut dilakukan orang-orang habis imsak. sayangnya demi begitu, banyak yang meninggalkan salat subuh pada akhirnya, hanya mendapat nongkrong-nongkrong nggak jelas sepanjang jalan sambil melihat kembang api dan pacaran. :(

      di daerah bogor barat, banyak tuh yang nyubuh di sekitar kampus ipb dramaga

      Delete
    3. Nah ini yang namanya tiada adanya regenerasi akibat faktor sosial yang berubah. Ingin merubahnya tidak semudah berubah dari yang pada mulanya. Aduh bagaimana ini :/

      Sama bang usup rangkul atuh :D hhi

      Delete
    4. alhamdulillah, mereka yang dekat dan kenal dengan saya memang sudah tidak terjangkit virus seperti itu, jikapun harus nyubuh maka nyubuh mereka itu ya kuliah subuh di masjid. hehe

      memang tidak mudah, setidaknya, kita ingkari itu di dalam hati.

      Delete
  3. Sae pisan, mangga lajengkeun karya tulisana. Sangat informatif. Good job. Salam kenal Zaki

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hatur nuhun teh Titing pami katampimah :)

      Salam kenal ti abi teh, Zaki.

      Delete
  4. font stylenya lieur om ...

    ReplyDelete