LABELS

Agama (14) Analisis (31) Filsafat (18) Kajian budaya (34) Medieval Indo (7) My opinion (16) Puisi (35) Sastra (50) sejarah (34)

ARCHIVE

Mekanisme dan Dikotomi Bahasa Menurut Ferdinand De Saussure: Sebuah Pengenalan


D idalam perkembangan ilmu linguistik pastinya kita mengenal seorang ahli bahasa kenamaan yang berasal dari swiss bernama Ferdinand de Saussure. Selain sebagai ahli bahasa dia juga terkenal sebagai filsuf yang terpandang pada zamannya, karena berkat ide-ide cemerlang yang lahir dari pemikirannya banyak yang terpengaruh oleh pemikiran dia. 

Sebut saja yang terpengaruh oleh pemikiran saussure adalah Levi strauss, dia adalah seorang filsup yang terkenal dengan analisis mitos dengan menggunakan pendekatan strukturalisme. Pemikiran Levi ini tak lain adalah karena adanya pemikiran Saussure tentang teori Sign and signified atau juga oposis biner. Sampai sekarangpun masih banyak orang akademik yang masih menggunakan teori Saussure untuk menganilisis permasalahan-permasalahan yang bersangkutan.

Namun dalam pembahasan ini saya hanya ingin memaparkan pemikiran Ferdinand De Saussure terhadap bahasa sebagai kajiannya. Didalam dunia kebahasaan nama Saussure mempunyai kedudukan yang tinggi, hal itu terjadi karena pemikiran cemerlangnya mengenai bahasa banyak diterima oleh beberapa pemikir lain tentang bahasa. Kita harus tahu bahwa sebenarnya pemikiran Saussure ini bisa dibilang sangat mendasar namun daya pengaruhnya sangatlah luas. Salah satu yang menyebabkan hal itu terjadi mungkin karena dia seorang filsuf yang mempunyai pemikiran luas, dia tidak berpikir jangka pendek melainkan jangka panjang dan berpikir secara mendalam mengenai apa yang harus dipikirkan, dalam hal ini bahasa. 

 

Ferdinand Saussure dianggap sebagai bapak dari linguistik modern karena pemikirannya mengenai mekanisme bahasa, artinya dia melihat bahwa untuk mengetahui hakikat bahasa secara mendasar maka kita harus memulainya dengan melihat bagaimana bahasa itu hidup dan berkembang dalam kegiatan sehari-hari.


Untuk melihatnya maka Saussure menawarkan jalan keluarnya dengan memperkenalkan rumusan dikotomi yang terkenal yaitu:

 

Langue – parole, dan

Tautan sintagmatik – tautan paradigmatic

 

Dikotomi tersebut termaktub dalam salah satu buku termasyhurnya yaitu Cours de linguistique generale yang terbit pada tahun (1916). Dibawah akan dibahasa secara singkat mengenai langage, Langue dan parole berserta tautan sintagmatik dan paradigmatik.

 

Istilah pertama yang mungin sudah anda kenal adalah Langage. Apa itu Langage?. Langage adalah suatu alat yang sudah ada ketika kita terlahir ke dunia, dengan kata lain sesampainya kita didunia maka kita dibekali beberapa kemampuan oleh yang maha kuasa dan salah satunya adalah Langage. Chaer Alwasilah dalam bukunya mengatakan bahwa Langage adalah satu kemampuan berbahasa yang ada pada setiap manusia yang sifatnya pembawaan. Dengan demikian kita dapati bahwa langage itu adalah sesuatu anugerah yang diberikan oleh kita dari yang maha kuasa.

 

Namun untuk menyeimbangi kemampuannya itu diperlukan juga kesadaran untuk mengetahui bahwa dalam perkembangannya Langage sangat dipengaruhi oleh alam sekitar dimana kita hidup. Bukankah kita hidup tidak hanya untuk diam, seperti air yang menggenang menjadi kuning dan mengeluarkan bau busuk. Oleh karena itu benarlah bahwa pembawaan langage ini mesti dikembangkan dengan lingkungan dan stimulus yang menunjang (Chaer).

 

Langue – Parole

 

Kita sudah mendapati pembahasan mengenai Langage diatas, sedikitnya kita mengerti bahwa yang ada pada langage masih sebatas abstraksi saja. Berbeda dengan langage, Langue mungkin berada pada satu tahap diatas langage, artinya bentuk langue tidak hanya sebatas abstraksi saja melainkan sudah menjadi sekumpulan totalitas fakta satu bahasa (Chaer). Langue tidak hanya dimiliki oleh sekumpulan individu namun langue mempunyai pengaruh untuk membuat individu itu mempunyai kadar yang universal. Kita orang Indonesia mempunyai satu langue yaitu langue Indonesia, begitu pula dengan bahasa-bahasa local.

 

Diatas disebutkan bahwa langue itu mempunyai kadar yang universal, artinya adalah ada aturan khusus dalam langue yang diamini oleh orang-orang. Umpanya dalam bahasa Inggris maka kita mempunyai aturan tata bahasa untuk membuat kalimat, menentukan kata ataupun pengucapan. Nah aturan itulah yang disebut berkadar universal. Bayangkan kalau orang-orang Inggris tidak mempunyai aturan dalam berbahasa mungkin tidak akan terjalin komunikasi, oleh karena itu betul lah bahwa bahasa itu adalah sistem.

 

Sedangkan yang dinamakan parole adalah wujud dari langue tadi, jikalau tidak ada langue maka tidak akan ada parole dan tidak ada langage maka tidak aka nada keduanya. Parole menurut Chaer adalah ujaran seseorang, yaitu apa yang diucapkan dan apa yang didengar oleh penanggap ujaran. Dengan demikian, maka parole adalah wujud dari apa yang langue ucapkan dan bisa teramati oleh para linguis.

Tautan Sintagmatik – Paradigmatik

 

Menurut Ferdinand de Saussure wujud semua kalimat itu memiliki hubungan satu sama lain atau rangkain dari tanda-tanda yang membentuk sebuah kalimat. Tanda-tanda dari kalimat itu mempunyai fungsinya masing-masing, karena kalau tanda-tanda itu tidak menempatkannya sesuai dengan rangkaian maka akan terjadi yang namanya tautan tidak sah (baca:Chaer)

 

Sebagai contoh, perhatikan ilustrasi berikut:

 

she will go tomorrow

 

Kalimat diatas terdiri dari empat tanda yang mempunyai fungsi dan kedudukan yang berbeda-beda, sehingga jika keempat tanda itu sudah pas dalam fungsinya makan aka nada suatu pengertian yang utuh dari kalimat diatas. Perlu digaris bawahi bahwa yang menjadi tautan sintagmatik dari kalimat diatas diabstraksikan oleh: N + Aux Verb + Main verb + Adverb. Dan rumusan itu sudah menjadi baku untuk dipakai didalam bahasa Inggris.

 

Berbeda lagi kalau kalimat diatas dirubah menjadi:

 

Tomorrow go will zakii

 

Kalimat diatas tidak sesuai kaidah tautan yang Saussure katakana, ke empat tanda yang ada dalam kalimat tersebut tidak menduduki fungsinya yang tepat, oleh karena itu kalimat diatas tidak bisa kita mengerti secara utuh dan melanggar pola.

 

Sekarang mari perhatikan lagi contoh pertama, maka kita dapati bahwa ada empat jenis kata yaitu: she adalah kata ganti, will dari kata Bantu, go dari kata kerja, tomorrow dari kata keterangan waktu. Ke empat jenis tersebut dalam suatu struktur tata bahasa mempunyai tautan-tautan lain-nya yang bisa menggantikan kedudukan mereka dan tautan itu adalah tautan paradigmatic. She bisa diganti dengan He, will bisa digantik oleh must, go bisa diganti dengan write dan lain-nya.

 

Dari pemaparan yang sangat singkat mengenai Langage, Langue, parole dan tautan sintagmatik – paradigmatik diatas, maka akan didapati bahwa semua istilah tersebut mempunyai hubungan yang erat, satu sama lain saling mengisi dan berpengaruh. Tidak akan ada langue bila tidak ada langage, tidak aka nada parole bila tidak ada langue. Begitu pula dengan tautan sintagmatik dan paradigmatik. Syukron jiddan.

1 comment