Give me young people. I'll give the world the strong.
Begitu banyak keringat bahkan nyawa yang tidak sedikit berjatuhan, pengorbanan mereka tak lain hanyalah menginginkan negeri ini mampu bernafas lega menatap masa depan cerah. Mereka tidak pernah gentar melawan penjajah yang seyogyanya tidak merasa kasihan pula menjajah rakyat Indonesia. Penjajah itu rakus dan kejam bahkan menyengsarakan, bukankah kita tahu bahwa dulu banyak kekayaan negeri Indonesia banyak dikeruk dan diambil hanya untuk kepentingan mereka?.

Mereka duduk santai tertawa-tawa berdiskusi tentang hasil jajahannya, sementara rakyat pribumi menjadi mesin hidup pencari harta bagi mereka. Ironis sekali, sungguh drama hidup yang harus dijadikan pembelajaran bagi kita para pewaris negeri Indonesia. 

Penjajah yang seenaknya saja menduduki negeri makmur ini tak pernah mau memikirkan keadaan rakyat dan kalaupun ada dari mereka yang berkelakuan sebaliknya maka pasti ada sesuatu yang ingin mereka pikirkan, dengan kata lain mereka adalah pembohong dan selalu ingkar janji, kita tahu itu. 

Mereka yang datang ke negeri ini bukan karena tiba-tiba, melainkan akibat kekalahan besar yang dialami mereka selama perang dunia II, mereka itu miskin dan dari kemiskinannya itu mereka berpikir bagaimana caranya membenahi semua dari awal. Namun yang namanya manusia pasti akan selalu ada sisi jahat yang tidak bisa terlepas dari manusia, karena manusia pada hakikatnya mempunyai dua sisi, yaitu baik dan jahat. Jahatnya mereka berpikir, yah tentu saja dengan menjajah, memperbudak rakyat pribumi hanya demi kekayaan mereka (penjajah).

Kalau dipikir ulang kembali dan memaknai hari kemerdekaan ini, maka akan ada berjuta rasa hormat yang teramat sangat kepada mereka pahlawan negeri ini, dengan nya kita bisa menikmati hari-hari yang berbeda dengan hari dimana mereka gigih berjuang melawan penjajah. Bayangkanlah mereka yang berani melawan penjajah adalah mereka yang mempunyai hati besi, walaupun tidak mempunyai senjata besi seperti penjajah, namun mereka mampu menjadi makhluk menakutkan bagi lawan. Banyak dari mereka kaum penjajah yang kocar-kacir melawan pejuang Indonesia,  dengan strategi perang gerilya lah pejuang Indonesia mampu memukul mundur para penjajah. Perlu diingat pula bahwa tiadanya senjata yang memadai yang digunakan pejuang pada saat itu tidak menyurutkan keberanian mereka yang sudah dititik nadir melawan penjajah, bahkan mereka berani melawan walau hanya menggunakan bambu runcit.

Tibalah saatnya ketika hari itu datang, hari yang tidak akan pernah terlupakan oleh negeri ini. Hari dimana para rakyat dan pejuang kemerdekaan Indonesia bergelimang air mata, bercampur gembira, dan sedih. Ketika beberapa penggal kata deklarasi dibacakan oleh sang presiden. Semua orang di negeri ini terbius oleh beberapa penggal kata deklarasi yang dibacakan oleh presiden. Rasa kecintaan terhadap negeri ini terlahir dari rasa persatuaan dan kesatuan sama yaitu bersatu membangun negeri ini dengan rakyat sejahtera tanpa tertindas.

Itu sudah 66 tahun yang lalu, sejarah yang terukir dibenak negeri ini dan tercatat didalam rentang waktu yang khan berulang, sejarah yang tak boleh kita lupakan, sejarah yang harus selalu ditanamkan kepada penerus bangsa. Karena dengannya kita akan terdorong keinginan yang sama melawan kebatilan. Tahun2 sesesudah merdekanya negeri ini, apakah lantas kita benar2 terbebas dari belenggu tempurung yang menyengsarakan rakyat?. Bila dilihat dari perkembangan zaman, peralihan presiden dari waktu ke waktu, ternyata masih menyisakan masalah-masalah yang tak selesai bahkan sampai sekarang pun masih berlanjut, menjadi pekerjaan berat bagi kita. 


Salah satu masalah yang tidak berkesudahan sampai sekarang ini adalah apa yang dinamakan dengan KORUPSI. Suatu masalah yang menjadi akut berkepanjangan, yang memanjang seperti rantai yang kuat kekar karena selalu ada penerus selanjutnya.
Sulit sekali memutus rantai tersebut, karena panjangnya yang bercabang dari setiap dimensi sangat mempengaruhi tingkah laku bergeraknya sub rantai, dengan kata lain mainstream lebih kuasa dari badai kecil. Mencari mata rantainya pun terasa sangat sulit, oleh karena dari setiap satu rantai itu licin dan banyak kotoran yang mampu menyelipkan sesuatu yang akan membersihkannya. 

Apakah yang terjadi sebenarnya di negeri ini?. Bukankah kita pernah mengenyam pelajaran penting bagaimana para pahlawan pejuang kemerdekaan kita telah menyumbangkan keringat, raga bahkan nyawa untuk berkorban demi terlepas dari tempurung besi (penjajah). Janganlah sampai kita tidak menghargai jasa-jasa perjuangan mereka, jangan sampai berpikir bahwa kami (para koruptor) menghargai mereka sebagai pahlawan yang mampu mengubah wajah Indonesia, kalau negeri indonesia tidak seperti sekarang bagaimana mungkin kami bisa korupsi?. Naas.

Permasalahan ini tidaklah merta harus ditinggalkan begitu saja bagai angin berlalu tiada jejak, karena bagaimanapun juga mereka sama saja dengan penjajah, merampok uang rakyat demi kepentingan mereka dan menyengsarakan rakyat, bila saya ingin berujar, menurut saya para koruptor itu lebih kejam dari penjajah karena mereka adalah saudara setanah air kita, saudara yang seharusnya mempunyai dan mengemban visi dan misi yang sama untuk membangun negeri Indonesia. Bedanya mereka telah berkhianat pada leluhur negeri ini.

Bila demikian yang terjadi legowolah bila saya menyatakan bahwa: 


Kita ini memang sudah merdeka dan sudah terlepas dari tempurung besi namun kenyataanya sekarang kita malah terkungkung dalam tempurung korupsi, Naas. 

Saya jadi teringat pesan Bung Karno yang menyatakan bahwa “Perjuanganku lebih mudah karena melawan panjajah. Tapi perjuangan kalian akan lebih berat, karena melawan saudara sendiri”. Kutipan Bung Karno tersebut menyiratkan makna yang dalam bagi kita, sebuah pesan yang tegas mengatakan bahwa kita akan kesulitan melawan saudara sendiri, dalam hal ini para kaum koruptorlah yang menjadi saudara setanah air kita. 

Ada hubungan kausalitas antara perjuangan melawan penjajah dan perjuangan melawan saudara sendiri. Suatu perjuangan terdorong karena adanya ketidak adilan yang dilakukan penjajah atau saudara sendiri pada rakyat. Oleh karena itu didapatilah bahwa pesan diatas sangat lugas menyiratkan bahwa kita masih mempunyai pekerjaan yang belum selesai, dan harus diselesaikan untuk menggapai apa yang dicita-citakan para pejuang kemerdekaan dan seluruh rakyat Indonesia.