Suatu hari aku bersama teman-teman mengadakan acara ospek jurusan untuk mahasiswa baru fakultas kita, kita -bersama-sama, saling bertukar pikiran- merencanakan tempat yang layak. Suatu tempat yang bisa membuat ospek ini di ingat terus oleh mahasiswa baru. Tempat pertama yang kami tuju adalah Puntang. Puntang , suatu daerah yang terletak di Bandung selatan, jauh dari Universitas kami yang berlokasi di Cibiru. Walaupun jauh tapi kami mempunyai tujuan dan itikad untuk pergi kesana -sesuai tujuan awal dari diskusi-, mungkin hal itu akan sedikit membuat perjalanan kami tidak sia-sia. 

Lalu mulailah kami membentuk tim yang akan melakukan survey ke Puntang sana. Terpilihlah beberapa orang yang akan pergi ke Puntang dan aku termasuk orang-orang yang dipilih untuk melakukan survey tersebut. Keesokan harinya aku bersama teman-temanku berangkat, kita melakukan perjalanan memakai motor, karena kita tahu kalau menggunakan kendaraan mobil akan terjebak jalan yang kecil dan mungkin macet. Diperjalanan gelak tawa dan canda kita lewati dengan penuh khidmat, tak terasa kita sudah sampai ditempat tujuan. Suasana hutan yang masih sejuk sangatlah terasa sekali ketika kaki mulai menyentuh tanah yang masih basah karena embun. 


Pun udara yang sejuk bah mengindahkan perasaan hati meski lagi sedih. Ketika ditempat tujuan sebagian teman aku ada yang pergi ke tempat penghuni puntang ini -dia salah seorang yang mempunyai warung- tak jauh dari lokasi. Aku sendiri yang pada waktu itu lapar, pada akhirnya pergi ke warung dibawah bukit tak jauh dari kantor penghuni tadi. Waktu itu aku bersama teman yang bernama Nazir. Ketika diwarun aku pun larut dalam obrolan bersama yang punya warung tersebut. Tapi ketika hendak disela-sela pembicaraan, ada sedikit obrolan yang membuat bulu kuduku merinding bahkan Nazir pun ikut terkejut. 
abah: “ jang bade dinteun iraha ngendong didieuna?" Tanya abah zakii: “ hari jumat sampe minggu bah?" Abah: “ oh dinteun jumat sampe minggu, kade cing dijaga sagala nu diobrolkeun mun nuju aya didieu, kapungkur oge aya nu sopral tungtungnamah kaduhung." Zakii: “hah !nu lereus bah, ah abahmah nyingsieunan wae abi ( sambil senyum tapi takut )" Abah: “ inget pesan abahnya . dicakeut gua aya bumi alit, tah didinya." Zakii: “ ah atos bah ah, abi janteun sieun nyaan ieu teh, abi uih heula bahnya, tos sonten teuing. Samelikum bah." Abah: “muhun mangga jang hati-hati dijalan bilih mogok." Zakii: “ hah abah, mogok naon ?" sambil meletakan teh panas zakii pergi. 
Dengan wajah yang nampak murung, kita berdua kembali keatas -sambil melihat sekitar hutan- untuk bertemu dengan teman-teman yang lain-nya. Jam 17:05. Senjapun tiba, malam kian dekat dengan kita, kegelapan nampaknya dekat sama misteri dan misteri membuat aku menjadi seorang yang parno. Beruntung pada waktu itu tim kami memutuskan bergegas untuk pulang karena kabut telah menutupi indahnya puntang yang indah. Aku dan nazir masih penasaran dengan perkataan abah tadi, “ hati-hati dijalan mogok “ padahal jalan pulang tidak menanjak seperti pas kita kesini. 

Ketika diperjalanan Dan akhirnya hatiku pun terkejut dengan apa yang terjadi, salah seorang temanku mengalami kehabisan bensin, kami pun berhenti sejenak di warung kopi disamping tebing-tebing yang tinggi. Pemilik warung nampak serupa dengan pemilik warung yang tadi ada dibawah bukit puntang. Aku sama Nazir berusaha membalikan badan untuk menghindari kontak mata dengan pemilik warung tersebut -berjaga-jaga agar tidak terjadi apa-apa-. 

Aku kaget dan nyaliku merasa tertantang untuk melawannya, mungkin teman-temanku yang lain biasa saja melihat ini, karena mereka tidak tahu apa-apa. Dan aku bersama Nazirpun enggan menceritakannya kembali, karena kami yakin mereka tidak akan mempercayai apa yang kami ceritakan. Perjalanan dilanjutkan kembali setelah motor teman aku diisi oleh bensin persediaan yang telah disiapkan Abel. Tanpa basa-basi aku langsung menutup wajah dengan helm ink, begitupun Nazir. 

Alhamdulillah akhirnya kami pergi, tapi tidak lama dari itu hujan turun dengan derasnya, akhirnya perjalanan kamipun ditunda dulu. ketika kami berteduh, salah seorang teman kita, igin ( pemilik motor yang mogok ) memeriksa kembali bensinnya, ketika dilihat igin terkejut melihat bensin yang dimotor ternyata Full Tank -Igin heran, padahal diwarung tadi bensin dimotornya diisi sedikit-. Tapi sekarang ia melihatnya penuh sesuai dengan yang dilihatnya di puntang sana. 

Namun Igin tidak mengindahkan hal itu. Sampainya reda datang dan hujan pergi. kita pun melanjutkan perjalanan pulang. Sesampainya dirumah aku dan Nazir berinisiatif untuk meneliti dan mencari informasi diinternet mengenai apakah benar adanya hal-hal misterius yang selalu menghantui puntang. Waktu itu aku mencari data-data internet dikotsan Nazir, setelah 2 jam lamanya kita mengumpulkan data, ternyata memang benar adanya kisah yang sedikit mirip dengan apa yang dikatakan abah yang ada diPuntang.

Diceritakan bahwa 2 tahun yang lalu, ada seorang pendatang yang menjadi tidak waras setelah masuk ke warung kosong yang ada disebuah tempat di Puntang. Kita sudah menduga-duga bahwa tempat itu adalah tempat kosong yang ada didekat gua. Bulu kuduk kita berdua bertambah ketika melihat gambar-gambar hantu yang disajikan diinternet. 1 hari menjelang hari H, aku dan Nazir masih penasaran dengan cerita-cerita abah. Tapi aku dan Nazir sudah sepakat untuk menyelidikinya langsung.

Berangkat Ke Puntang Keesokan harinya kita berangkat menggunakan mobil tentara, sebagian ada juga yang memakai motor, termasuk aku dan Nazir yang selalu membawa motor vario sebagai kuda besi. Peralatan seperti kamera, pisau, senter dan sejenisnya telah aku siapkan. Setelah tiba dilokasi aku dan Nazir langsung ke tempat dimana kami bertemu dengan abah, ketika kami mendatangi tempat itu aku sangat terkejut dengan apa yang terlihat sekarang.

Pada saat itu aneh dan takut itu lah yang aku rasakan ketika mengetahui keberadaan warung yang kemarin tidak ada -bahkan bila warung itu dibongkar, pastilah ada suatu sisa-sisa reruntuhannya-. Kemarin ketika datang, persis dibawah bukit ini ada satu warung yang dihuni oleh abah. Aku dan Nazir masih menjaga rahasia ini keteman-teman. Dari peristiwa ini kami merasa ada sesuatu yang selalu mengikuti dan mengawasi kita dari kejauhan, entah itu dibalik pohon yang rimbun atau diselah-selah gua yang gelap. Aku dan Nazirpun kembali berkumpul bersama teman lainnya.

Tenda untuk panitia dan peserta sudah siap pakai. Sekarang saatnya tinggal melakukan jadwal yang telah dibuat sebelumnya. Acara pembukaan begitu meriah dengan canda dan tawa, perasaan berada dalam suasana terkendali. Pada waktu jam istirahat, tepatnya diluar tenda aku tidak sengaja mendengar pembicaraan teman yang sedang membicarakan seorang kakek tua. Aku dan Nazir menghampiri mereka dan menyimak pembicaraan.
Opab : “ hey, apa kalian sudah mengetahui ada sungai didaerah sini?" Aras : “ oh ia tahu lah pab, kenapa gitu pab?" Opab : “ aku tadi ketemu sama kakek-kakek yang sedang mencuci peralatan bertaninya." Aras : “ owh, cuman segitu pab, terus apa lagi." Opab : “ tidak ada apa-apa lagi, dia cuman bilang bahwa bakal hujan malam ini. 
Terus dia bilang, kalau hujan jangan pernah berteduh dirumah kosong dekat gua." Aras : “ah masa !!inikan cerah .." Opab : “ yah entahlah." Aku dan Nazir -yang tepat ada disampingku- terkejut, pada saat itu juga kita berdua langsung lari terbirit-birit ke tenda, mengurung diri dalam selimut. Jangan lupa lanjutannya klik disini Jurit Malam (Cerpen Horor Ospek BSI I)
Stealing Sheep