Beberapa hal yang harus diketahui sebelum kita benar-benar lebih jauh memahami kajian budaya adalah bagaimana kita diharuskan untuk mengerti bahwasanya dalam beberapa buku yang memuat tentang ilmu kajian budaya terdapat suatu pokok permasalahan yang harus dileburkan. Adalah kata budaya itu sendiri yang ada didalam kajian budaya ternyata berbeda dengan definisi-definisi budaya yang telah dibuat oleh para ahli.

Perbedaan tersebut tidaklah terlahir secara kebetulan, melainkan berjalan seiring perjalanan waktu dan pengembangan manusia dari zaman dahulu sampai tahap dizaman yang mencengangkan seperti sekarang - tekhnologi yang semkain berkembang -. Dampak dari implikasi perubahan tersebut sedikitnya sangat mempengaruhi bagaimana perkembangan kehidupan manusia untuk memaknai dunia yang selalu mengalami suatu pergeseran dari masa ke masa. Lalu apakah perbedaan antara kebudayaan yang telah dikenal banyak orang dengan budaya yang ada didalam kajian budaya?

Storey dalam bukunya Cultural studies dan media menyebutkan bahwa 'Budaya' dalam cultural studies lebih didefinisikan secara politis ketimbang secara estetis atau sebuah proses perkembangan estetik, intelektual, dan spritual, melainkan budaya sebagai teks dan praktik hidup sehari-hari.
(Storey, 2007: 2)
Prof. Jhon Storey
Jadi apa yang telah kita kenal dengan definisi-definisi budaya yang telah lahir dari ilmu-ilmu sosial khususnya akan sangat berbeda dengan pengertian yang akan dibicarakan dalam kajian budaya.

Nampaknya sifat estetis - yang terlahir akibat kekaguman - tidak menjadi perhatian khusus bagi para pemikir yang berkecimpung dalam kajian budaya. Sebaliknya mereka lebih melihat budaya itu secara politis, artinya terdapat suatu kekeliruan yang telah terjadi pada suatu budaya tertentu yang dimarjinalkan dan harus diluruskan sesuai dengan apa yang mereka cita-citakan. Hal ini dibenarkan juga oleh Jhon hartley (2004:42) yang mengatakan bahwa cultural studies (selanjutnya CS) telah mengembangkan kerangka kerja yang berusaha untuk memulihkan dan menempatkan budaya kelompok yang terlupakan. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa:

Jelas kiranya bahwa pendekatan budaya model ini berbeda dari kritik tradisional tentang sastra dan seni. Budaya bagi kritik tradisional ini merupakan area bagi nilai estetik dan moral atau kreatif., CS mencoba menghimpun perbedaan budaya dan praktiknya bukan atas referensi nilai intrinsik atau eternalnya (Seberapa bagus?), akan tetapi berdasarkan referensi peta relasi sosial keseluruhan (pada siapa ketertarikan ini?).
Dengan penjelasan diatas maka kita bisa memberikan suatu kesimpulan bahwa perbedaan antara definisi budaya tersebut terlahir oleh karena pengaruh perkembangan kehidupan manusia itu sendiri dari masa ke masa. Adanya kritik melingkar dalam suatu rentetan peralihan bukan tidak lain adalah akibat dari adanya suatu gerakan yang melawan oposisi biner karena terlalu menyudutkan yang termarjinalkan.

Dengan ditandainya perkembangan tekhnologi dizaman industri ternyata telah mempengaruhi bagaimana kehidupan sosial itu menjadi sesuatu yang menarik untuk dibicarakan. Dan bagaimana budaya itu dilihat bukan hanya melihat pada tataran nilai keadiluhungannya saja melainkan dari proses kehidupan manusia dalam dunia yang semakin hari semakian terhiperkan. Maka dari itulah sifat kehidupan kita sehari-hari yang tak jauh dari tekhnologi adalah pembahasan yang paling banyak dalam kajian budaya, tentu dengan pendekatan teori yang bersangkut pautan dengan tujuan penelitian.

Kajian Budaya dan Sedikit Contoh

Bisa dibilang kajian budaya itu adalah anugerah bagi siapa saja yang mempunyai komunitas dalam golongan-golongan tertentu, yang terangkum dalam satu wujud kebersamaan baik dalam berpikir, bertindak dan bertujuan untuk membuka diri mereka dengan meleburkan suatu yang beku akibat dari definisi umum yang telah ada sebelumnya.

Usaha mereka tidaklah terlahir begitu saja, melainkan dengan adanya beberapa alasan fundamental yang mereka teliti secara detail. Salah satu dari bentuk yang selalu mereka kumandangkan adalah bahwasanya mereka senantiasa mendapatkan serangan dari golongan-golongan tertentu yang menindas kehidupan mereka.

Kita sering mendengar perlawanan dari kaum minoritas, kaum wanita dengan embel-embel kesetaraan gender, perenungan kaum timur yang katanya didefinisikan barat, rakyat yang termarjinalkan oleh para elite kelas. Inilah area CS bergumul dan mengibaskan sayapnya, dan tentu sekali dengan menggunakan metode-metode yang bersifat ilmiah. Bukankah Storey pernah mengunkapkan bahwa budaya dalam CS dalam pengertian spesifik, yaitu sebagai ranah konflik dan pergumulan?

Meskipun masih banyak konflik yang tidak disebutkan disini namun saya akan menuliskannya pada postingan selanjutnya. Mungkin postingan selanjutnya saya akan menulis hanya tentang sejarah lahir Kajian budaya, meskipun kedengarannya sepele namun hal ini haruslah diketahui oleh para akademisi yang ingin memperdalam ilmu kajian budaya.

Prakata Penulis

Penulis sebelum bertemu kajian budaya adalah seorang pembaca buku filsafat. Pada waktu itu saya tak sengaja membaca artikel dari salah satu teori kritis yang dikenal dengan sekolah frankurt. Dari sanalah saya mulai mengenal cultural studies.