Serangan Fajar Adalah Sebahagian Suara Rakyat

Tepat pada hari ini seluruh warga Indonesia mengadakan salah satu acara akbar yang akan diselenggarakan tahun 2014 ini. Tidak seperti 4 tahun kebelakang dimana format pemilihan para caleg DPR, DPD dan lain-lain dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Tahun sekarang hal itu nampak berbeda, karena terdapat dua kali pemilihan yang akan dilakukan oleh para rakyat.

Terlepas dari itu semua rasannya kita pantas bahagia karena sebagai seorang manusia, yang mempunyai tabiat hidup dalam ruang lingkup sosial, kita tidak bisa terlepas dari pada kepemimpinan seseorang dalam ranah kehidupan sosial yang luas.

Sejatinya memang manusia sudah dtaqdirkan untuk hidup dalam kerumunan yang membutuhkan seorang pemimpin meskipun pada kenyataanya terdapat suatu kekecewaan mendalam yang dialami oleh rakyat. Ada baiknnya hal tersebut tidak membuat kita untuk menjauhi ihwal awal tabiat manusia.

Beberapa Kekecewaan Dihari Pertama

Kekecewaan ini timbul manakala kita menemukan beberapa bahagian orang yang memang dengan sengaja tak ingin memberikan hak suara mereka untuk memilih. Apalagi ketika mereka dihadapkan dengan adanya suara menggiurkan yang mungkin, secara praktis, lebih menguntungkan mereka.

Apalah jadinya bila suara menolak mereka bertemu dengna suara menggiurkan tersebut? Yah jawabannya pasti terdapat beberapa opsi. Mereka menerimanya dengan syarat memilih orang-orang yang mempunyai hubungan dengan serangan fajar tersebut. Selanjutnya mereka menerima serangan fajar tersebut akan tetapi suara mereka tetaplah golput.

Adanya baligo yang bertuliskan hal miring tentang serangan fajar cukup membuatkan tertawa sekaligus terheran. Perhatian saya justru tertuju kepada bagaimana sikap rakyat dalam menghadapi momen besar seperti ini ketika dihadapi serangan fajar.

Mereka, sebahagian saja, dengan sikap yang tidak seimbang malah menunggu serangan fajar dibanding dengan menunggu acara besar tersebut. Bila sudah seperti ini siapa yang pantas disalahkan? Kita tidak mungkin menyalahkan rakyat karena hal ini bisa artikan juga sebagai sebuah kekecewaan rakyat atas sikap para pejabat yang kerap mencederai hati rakyat.
  
By: Muhammad Zaki Al Aziz

Hai, selamat datang di website personal saya. Perkenalkan nama saya Muhammad Zaki Al Aziz, asli dari Bandung. Dulu pernah sekolah di Darul Arqam, Sastra Inggris S1 dan Sejarah Kebudayaan Islam S2 UIN. Sekarang saya adalah seorang Guru di MBS di Bandung.