LABELS

Agama (14) Analisis (31) Filsafat (18) Kajian budaya (34) Medieval Indo (7) My opinion (16) Puisi (35) Sastra (50) sejarah (34)

ARCHIVE

Mereka Pejuang Wanita Yang Terlupakan (Tentang Kartini)


Bulan april adalah bulan dimana semua orang akan memperingati hari lahirnya seorang pejuang Indonesia yang sangat gigih. Dia adalah seorang putri indonesia yang perjuangannya mempusatkan terhadap peran dan harkat kaumnya yang terkungkung didalam kehidupan. Ia siapa yang tidak kenal dengan R.A Kartini, seorang putri sejati yang namanya harum seantero Indonesia. 

Kartini adalah satu nama yang pernah guru kenalkan kepada kita ketika di Sekolah dasar sebagai tokoh pahwlawan yang patut dicontoh. Beliau meskipun tiada dalam pandang mata kita, pernah menjadi seseorang yang aku dambakan dan idolakan, meskipun aku bukan seorang wanita akan tetapi kekagumanku dulu padanya sangat besar sekali.

Namun dengan teririsnya waktu yang dibarengi nalar manusia yang semakin hari semakin terang, rasanya saya dulu terlalu berlebihan dengan mengexspos nama Kartini sebegitu tinggi, saya mengidolakannya sebagai
seorang pahlawan bangsa yang gigih memperjuangkan harkat dan martabat kaum-nya.

Nama Kartini sudah terlanjur jadi jargon emansipasi perempuan Indonesia. Di setiap waktu dan bidang, semua mengelu-elukan beliau sebagai peletak tonggak persamaan hak perempuan dengan laki-laki. Semua profesi yang berkaitan dengan perempuan sebagai pelaku aktif di dalamnya, tidak pernah ketinggalan selalu menyelipkan nama Kartini dengan penuh kekaguman dan terima kasih yang mendalam. Benarkah Kartini sehebat itu?


Terkait dengan seberapa hebatkah Ibu Kartini ini, saya mengadakan eksperimen kecil-kecilan mengenai tulisan ini dengan mengajukan pertanyaan terbuka tentang Ibu Kartini pada teman-teman khususnya (kaum hawa).

Hasil dari jawaban yang saya dapat setelah mengajukan beberapa pertanyaan menyatakan bahwa Ibu Kartini adalah seorang penggerak perjuangan kewanitaan, seorang panutan yang harus ditiru oleh kita, seorang wanita yang bisa memperjuangkan wanita untuk bisa menjadi berwawasan tinggi dan akhlak yang baik. untuk lebih jelasnya, dibawah akan saya lihatkan beberapa jawaban dari para responden.

1. kartini adalah sebuh nama namun namanya itu menjadi harum karena perbuatan orang yang di beri nama raden kartini yang telah memperjuangkan kaum wanita menuju kewanita yang modis berwawasan tinggi and berakhlak baik

2. kartini adalah sosok panutan bagi wanita/perempuan di indonesia. dia mau dan mampu berusaha untuk mengangkat harga dirinya dan harga diri wanita/ perempuan indonesia. yang diperjuangkan tentu adalah emansipasi wanita. kesejajaran harga diri dan martabat wanita dengan kaum adam

3. kartini itu motivasi buat aku, agar ga mau kalah ma laki2 dalan hl positif

4. apa ya bgung eunk poko namh kagum aja dah memperjuangkan hak" wanita:)

5. kartini=pemrakarsa kederajatan prempuan, mmperjuangkan emansipasi wanita

6. no word to say except to say that i'm proud of her :) apalagi satu statement yang menurut saya memberikan motivasi sekaligus inspirasi bagi perempuan khususnya "habis gelap terbitlah terang"

7. menurut saya perwujudan Kartini sebagai pahlawan pada masa sekarang tdk lepas dari pengaruh etnis jawa,,,,sya krg setuju pabila Kartini terlalu diekspos, dia hanya sebatas surat menyurat saja kan dengan teman2 orang Belandanya? hal seperti itu akan sangat kontras bila dibandingkan dengan perjuangan Dewi Sartika yang membangun sekolah bawah tanah dan berlindung dari kepungan Belanda.

Yang menarik

Namun hal yang menarik dan harus ditelusuri lebih dalam lagi oleh kita sebagai orang Indonesia adalah apakah tidak ada lagi pahlawan-pahlawan selain Kartini yang patut ditorehkan kembali dan dijadikan panutan untuk kita? berangkat dari situ saya mendapati salah satu jawaban dari responden yang sangat menyentuh hati nurani saya sebagai orang yang suka dengan sejarah untuk memicu dan memecut saya untuk membuka sejarah lagi dari beberapa sumber. jawaban yang menarik itu antara lain adalah menyatakan bahwa
perwujudan Kartini sebagai pahlawan pada masa sekarang tdk lepas dari pengaruh etnis jawa,,,,sya krg setuju pabila Kartini terlalu diekspos, dia hanya sebatas surat menyurat saja kan dengan teman2 orang Belandanya? hal seperti itu akan sangat kontras bila dibandingkan dengan perjuangan Dewi Sartika yang membangun sekolah bawah tanah dan berlindung dari kepungan Belanda. (responden)


Oleh karena itu saya memusatkan petanyaan kedua kepada hal yang berkaitan dengan pahlawan-pahlawan wanita lain selain Kartini. Saya mengajukan petanyaan yang singkat sekali kepada mereka. pertanyaannya kurang lebih menanyakan apakah anda mengenal nama-nama seperti Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cutpo Fatimah, dewi sartika, Malahayati, Cut nyak dien dan Rohana Kudus?

Dari jawaban-jawaban yang dilontarkan mereka sangatlah beragam sekali, sebagian mereka ada yang tidak tahu sama sekali dan sebagiannya ada yang tahu, itu juga yang tahunya cuma satu aja. Terus, apakah hal ini penting untuk dipertanyakan oleh saya?siapakah mereka dan apa tujuan saya menanyakan nama-nama diatas?

Yah, pertanyaan itu sangat penting sekali untuk saya ajukan kepada responden karena nama-nama diatas adalah pejuang-pejuang juga yang tidak patut untuk kita lupakan begitu saja perjuangannya. Perjuangannya bahkan sangat ditakuti oleh para penjajah yang memperbudak orang Indonesia, mereka sangat anti sekali dengan yang namanya penjajah, oleh karena itulah mereka sangat dicari dan ditakuti oleh penjajah.

Perempuan-Perempuan Lain.

Para sejarawan membuktikan bahwa nama-nama yang tersebut itu hidup sezaman dengan Kartini. Namun kenapa Kartini yang dijadikan satu nama utama ya? Padahal nama-nama perempuan hebat tersebut telah melakukan sesuatu yang lebih dahsyat daripada Kartini di saat itu. Di saat Kartini masih dikungkung oleh budaya Jawa saat itu yang melarang perempuan bersekolah tinggi dan harus menunduk-nunduk di hadapan laki-laki meski itu adiknya sendiri, perempuan-perempuan tersebut di atas sudah melakukan lebih.


Disaat Kartini sedang surat menyurat didalam rumah yang begitu nyaman, nama-nama seperti cut metia, dewi sartika, malahyati sudah berbuat hal yang lebih daripada Kartini, mereka berjuang dibelantara hutan melawan penjajah dan mematikan penjajah, mereka berjuang dengan mendirikan yayasan-yayasan untuk kepentingan bangsa.

Dewi Sartika berkiprah di sekolah yang didirikannya bernama Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Bahkan Rohana Kudus (1884-1972) mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia (1911) dan Rohana School (1916). Lebih dahsyatnya lagi, Rohana Kudus juga aktif sebagai jurnalis perempuan pertama di Indonesia. Dan yang lebih membanggakan, perempuan hebat ini juga mendirikan koran-koran surat kabar yang didirikannya sendiri semisal Sunting Melayu (Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan). Subhanallah!


Perlu diketahui pula bahwa Rohana Kudus bukan jurnalis perempuan biasa. Ia mempunyai visi dan misi keislaman yang jelas dan tegas bahwa perempuan harus tetap menjadi perempuan dan bukan pesaing laki-laki. Perubahan yang ia perjuangkan adalah perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakukan sebaik-baiknya terutama dalam masalah akhlak, budi pekerti dan ibadah. Dan semua itu bisa dicapai hanya dengan ilmu pengetahuan saja.

Bahkan bila kita benar-benar menggeluti sejarah maka kita akan tahu bahwa yang bernama Teungku Fakinah dan malahyati adalah pejuang-pejuang yang ikut membela perang membela bangsa dari penjajah. Selain itu juga Fakinah adalah seorang ulama islam yang berwibawa sekali.

Malahyati (Hidup sebelum Kartini) adalah seorang Panglima Angkatan Laut wanita pertama di kepulauan Nusantara. Awalnya, Malahyati membentuk barisan prajuritnya terdiri dari para janda untuk melawan Belanda yang berusaha menjajah kerajaan Aceh. Karirnya pun semakin cemerlang sehingga pada tahun 1599, beliau membawahi ratusan armada perang dan berhasil membunuh Cornelis de Houtman yang terkenal bengis itu dengan tangannya sendiri. Nama ini kemudian diabadikan menjadi nama Universitas, rumah sakit dan pelabuhan serta kapal perang.


Dari penjelasan singkat diatas telah dijelaskan bahwa mereka dengan gigihnya memperjuangkan hak-hak kaum mereka dan bangsa Indonesia ini dari penjajah. Perjuangannya tak kentara dan sangat diperhitungkan oleh Belanda, oleh karena itu Belanda sangat takut dengan tekad yang mereka emban. hal ini sangat penting untuk kita ketahui sebagai orang Indonesia, karena dengan mengenal mereka kita akan merasa bangga juga akan perjuangan mereka, yah seperti kita juga bangga dengan Kartini.

Kenapa nama-nama mereka kurang dikenal? Itulah pertanyaan yang sesungguhnya harus kita jawab, kenapa orang-orang yang mempunyai perjuangan yang benar-benar gigih kurang dikenal oleh bangsanya sendiri. Sangatlah sedih sekali bila mendengar jawaban 'Kurang tau, hehe' jawaban yang memilukan ketika ditanya tentang mereka, dan yang lebih heran lagi mereka nampaknya tidak ingin tahu sedikitpun tentang sepak terjang pahwlawan-pahlawan selain Kartini.

Piranti untuk menjawab pertanyaan diatas mungkin sangat panjang untuk diceritakan, akan tetapi singkatnya adalah berkaca pada sejarawan Harsja W. Bahtiar yang menulis tentang buku Kartini, yang sedikit isinya menggugat secara halus penokohan Kartini. Didalam buku yang ditulis Harsja dipaparkan bahwa ia lebih menunjuk 2 sosok wanita yaitu Sultanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat dari Aceh dan kedua, Siti Aisyah We Tenriolle dari Sulawesi Selatan sebagai pahlawan yang kuat dan tangguh. dan Anehnya kenapa dua wanita itu tidak masuk kedalam buku Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1978), terbitan resmi Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Tentu saja Kartini masuk dalam buku tersebut.

Padahal kehebatan kedua wanita itu sangatlah penting untuk kemerdekaan bangsa ini, dari keduanya belanda tersungkur-sungkur menghadapi kegigihan mereka. dan jangan pernah kita lupakan juga bahwa perjuangan mereka melahirkan dan membuat kesusatraan di Indonesia mengalami kemajuan, salah satunya adalah epos La-Galigo yang terkenal, yang ditulis oleh We Tenriolle.

Apakah ada pihak-pihak terkait dari penokohan Kartini?


Dalam beberapa artikel yang pernah saya baca di situs-situs milis islam dan sejarah, saya mendapati bahwa memang benar adanya pihak terkait yang memang menokohkan Kartini 'saja' sebagai seorang pahlwan penggerak bangsa. dan hal ini juga dikuatkan kembali oleh Harsja yang mengatakan bahwa Kartini memang dipilih oleh orang Belanda untuk ditampilkan ke depan sebagai pendekar kemajuan wanita pribumi di Indonesia.

Disaat para pejuang wanita berjuang gigih dengan orang-orang belanda, Kartini malah dekat dengan orang-orang belanda karena beliau juga adalah seorang keturunan priyayi yang dekat dengan orang belanda pada waktu itu, tercatat bahwa nama Cristiaan Snouck Hurgronje juga menjadi teman Kartini. sementara kita tahu bahwa Snouck adalah seorang orientalis yang harus dipancung karena ulahnya dengan membuat aceh sempat teracuni oleh kebohongannya. bahkan dari kegiatan surat menyuratnya kartini, kartini sedikitnya dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Ny.Abendanon. Harsja mengatakan bahwa merekalah yang meyuruh Direktur Departemen Pendidikan, Agama dan Kerajinan, agar memberikan perhatian pada Kartini tiga bersaudara.

Ringkasnya, Kartini kemudian berkenalan dengan Estella Zeehandelaar, seorang wanita aktivis gerakan Sociaal Democratische Arbeiderspartij (SDAP). Wanita Belanda ini kemudian mengenalkan Kartini pada berbagai ide modern, terutama mengenai perjuangan wanita dan sosialisme. Tokoh sosialisme H.H. van Kol dan penganjur Haluan Etika C.Th. van Deventer adalah orang-orang yang menampilkan Kartini sebagai pendekar wanita Indonesia (Harsja)


Dan mereka pulalah yang mempubilkasikan surat menyurat antara kartini dengan Stella tentang pergerekan kewanitaan pada waktu itu. Lebih dari enam tahun setelah Kartini wafat pada umur 25 tahun, pada tahun 1911, Abendanon menerbitkan kumpulan surat-surat Kartini dengan judul Door Duisternis tot Lich. Kemudian terbit juga edisi bahasa Inggrisnya dengan judul Letters of a Javaness Princess. Beberapa tahun kemudian, terbit terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran (1922). *Perlu diingat bahwa didalam proses surat menyurat antara kartini dengan temannya itu, kartini pernah terpengaruhi oleh theosofis sebelum akhirnya kartini menemukan kembali jalan yang diridhoi oleh Allah*

Dari sana mereka mengumpulkan dana untuk membuat sebuah lembaga Komite kartini fonds yang misinya adalah mengembangkan ide-ide yang pernah dipikirkan Kartini dan ketua nya juga adalah seorang belanda C.Th. van Deventer. kita patut curiga, apakah memang benar2 mereka murni menyampaikan gagasan ide kartini?ataukah mereka hanya menggunaka tameng saja?

Andai saja tidak ada perlakuan khusus dari belanda maka kita tidak akan mengenal kartini? sebagaimana Harsja berkata "Orang-orang Indonesia di luar lingkungan terbatas Kartini sendiri, dalam masa kehidupan Kartini hampir tidak mengenal Kartini dan mungkin tidak akan mengenal Kartini bilamana orang-orang Belanda ini tidak menampilkan Kartini ke depan dalam tulisan-tulisan, percakapan-percakapan maupun tindakan-tindakan mereka."

Oleh karena itu dia sangat bersikukuh dengan mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut.

Sudah sepantasnya kita buka lebar-lebar tentang khazanah sejarah kita yang murni, dengan begitu kita akan sedikit peka dan akan bangga terhadap pejuang-pejuang perempuan yang berkiprah penuh terhadap bangsa ini dan bila benar bahwa perjuangan mereka lebih dari perjuangan yang dilakukan kartini, kita harus berbangga dan berucap syukur bahwa wanita kita lebih hebat dan penting untuk diketahui tanpa sedikitpun merendahkan Kartini.

Muhammad Zakii Al-Aziz

Mengucapkan selamat hari Sultanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat dari Aceh dan kedua, Siti Aisyah We Tenriolle dan Selamat hari Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cutpo Fatimah, Dewi sartika, Malahayati, Cut nyak dien dan Rohana Kudus, dan Kartini.

No comments

Post a Comment