KPI, Artis & Masyarakat

Bismillah, salamalaykum wahai saudaraku. Marilah pertama kita selalu panjatkan kehadiran Allah Maha Mulia, Ia berkehendak atas segala sesuatu dan oleh karenaNya pula kita dapat dipertemukan didunia maya ini.

Syahdan, ada beberapa masalah ringan yang ingin saya singgung didalam tulisan ini. Hal tersebut seiring dengan maraknya pemberitaan terhadap beberapa artis yang, didalam kelakuan medianya, selalu ditegur oleh KPI. 

Masalah ringan tersebut memang tak elok untuk dibahas dengan secara sambil lalu artinya yakni dibahas tanpa adanya satu ikatan yang bisa terus mengikat bahasannya tersebut. Karena bila yang ringan terlepas dari ikatan keberputarannya tersebut maka iapun akan berubah menjadi masalah yang berat dan biasa terjadi.

Beberapa artis "komedi" disinyalir KPI telah melanggar kode etik yang telah ditetapkan jauh-jauh hari. Yang paling banyak dilanggar dari mereka adalah bagaimana sikap mereka yang berlebihan dalam bertindak dilayar kaca.

Bertindak Sesuai dan Berontak Menuruti Aturan

Ketika anda dilayar kaca, baik itu sebagai penyanyi, komedian, artis panas dan lain-lain. maka anda akan menjadi seseorang yang bertindak seperti yang disesuaikan sebelumnya, yakni sesuai prosedur. Oleh karenanya anda akan bersedih bila tuntutan profesi sedang dijalani, anda akan menjadi orang baik bila tuntutan menuntut anda seperti itu, dan lain sebagainya.

Hal itu akan berkelindan, beriring bersamaan bilamana seseorang yang dituntut itu bisa elok untuk memainkan peranan yang disuguhkan oleh pengatur. Kapasitas dari seseorang tersebut, yang berjudulkan entertainer, akan mempuni apabila apa yang sudah dituntut bisa dikerjakan dengan baik, yah sebaik-baiknya artis. 

Tentu semua ini berkaitan dengan tujuan. Tujuan tersebut adalah atas kehendak yang menginginkan semuanya berjalan secara terus menerus dan mengalir secara bergilir. Maka harapan besar pastilah tereletak pada bagaimana seorang artis itu mampu menjalankan karakter yang dibuat-buat menjadi satu kesatuan nyata dalam pandangan realita masyarakat tingkat dua. 

Karena, pada dasarnya, peristiwa-peristiwa yang termasuk diatas itu pada akhirnya akan melahirkan satu kecintaan, bisa juga kejijian, simbolik bagi para penonton yang dinaungi beberapa panutan faktamorgana. Manusia akan tersentuh dan mendapati diri mereka ternyata hidup dalam layar kaca, ia pun mulai mengikuti perasaannya tersebut untuk menjadi penasaran dan lebih terpuaskan dengan apa yang akan terjadi esok hari. 

Oleh karena perasaan manusia itu adalah sama, yakni berkaitan dengan senang, sedih, gembira, syahdu, jatuh cinta, cinta kepada apapun, tertawa dan lain-lain. maka tak salah bila tayangan yang begitu-begitu saja yang pasti banyak diminati oleh penonton, khususnya sinetron. Kalau sudah begini, tidak salah bila banyak dari kalangan manusia sangat asyik masyuk bergulat dengan ekstasi hasrat yang agak keliru. Panggil BNN versi jiwa agar anda keluar dari rantai tersebut!! haha 

Namun kondisi berbeda akan didapati jikalau apa yang diperankan oleh artis tersebut tak memenuhi kriteria dari harapan-harapan yang ingin ditanam mereka-mereka yang ingin berkehendak untuk dalam menguasai realitas media.

Bila tak semapai tempat di huni, maka muak pun dekat didapati. Itulah mungkin bagaimana bila seorang artis tidak mempunyai kapasitas dalam dirinya kemampuan untuk bersandiwara. Terlebih bila apa yang ditentukannya tak bisa ia penuhi dengan sebaik-baiknya maka apapun itu bisa jadi dilakukan mereka untuk mendapatkan simpati penonton.

Khususnya ketika dalam acara komedi, yang sekarang banyak menjadi perbincangan massa, maka seseorang yang tengah berdiri di depan kamera adalah manusia yang merindu tawa dari penonton sekitar. Apapun itu asalkan penonton suka akan dilakukaan oleh mereka..
End with next → Yang Ada Pada TV Kita