Gambaran kengerian perang di abad sekarang bisa kita rasakan seiring dengan meningkat pesatnya perkembangan tekhnologi manusia, khususnya pada bidang-bidang tertentu, yang berhubungan dengan stabilias militer, keamanan dan lain-lain.
Manusia, setidaknya, untuk abad sekarang memang telah meraih hal-hal menakjubkan dengan hal-hal yang berbau tekhnologi. Namun pada perkembangannya, ternyata, kesuksesan tersebut tidak serta merta terhindar dari pelbagai hal yang buruk sehingga euforia manusia yang disatu sisi telah mendapati dirinya melampaui batas-batas dunia, disisi lain hal tersebut ternyata bisa berakibat pada kehidupan manusia. Barangkali ini seperti sebuah boomerang.
Beradaptasi yang Seharusnya
Sesuatu yang berada dibumi adalah berubah, ia melingkar, searah bagaimana bumi berputar dan roda kehidupan terus berjalan. Kehidupan yang berulang, sejarah peradaban yang berkembang sampai akhirnya tenggelam binasa diterpa umur, akan senantiasa mewarnai bumbu kehidupan manusia.
Perubahan tersebut sangat terasa kepada kita ketika kita menyadari bahwa zaman sekarang tidak lagi seperti zaman sekarang. Kita, kadang, merindu pada satu keadaan sejarah dimana gambaran-gambaran pencapaian mereka mampu menggetarkan detak jantung. Namun itu semua adalah sejarah, hal mana semua yang berlalu berada tepat ketika seorang sejarawan mampu menuliskan kembali bagaimana gemilangnya mereka yang hidur sebelum kita.
Dari kehidupan primitif dan perkembangannya sampai pada tahapan gemilangnya kehidupan sekarang yang serba tekhnologi adalah bagaimana manusia bisa berhasil menggunakan keutamaan mereka didunia.
Terlepas dari semua itu maka sisi kelam yang selalau melekat pada kehidupan manusia tidaklah bisa kita harap hilang keberadaannya. Ia tetap ada dan mungkin selalu berjalan beriringan dengan kebaikan. Maka tidaklah salah bila dalam suatu proses kehidupan yang berubah itu sisi kelam manusia pun menjadi lebih hebat sebagaimana lawannya.
Dari Hiroshima ke Damaskus
Tapi memang itulah satu gambaran bagaimana perang terkadang bisa melucuti mata batin seseorang. Sehingga kebaikan yang ada pada mereka lambat laut dimangsa oleh keberingasan mereka sendiri.
Perang suriah bukan hanya melibatkan antara militer dan oposisi saja melainkan warga pun menjadi sasaran empuk para regim militer untuk menegaskan kepada pihak oposisi untuk tidak main-main dengan mereka.
Didalam kacamata perang, tidak ada hal yang baik atau salah bila ia berbeda maka nyawa adalah taruhannya. Mereka akan melakukan apa saja untuk bisa membinasakan lawan. Maka tak salah bila satu kekejian bermuara pada kekuataan tak terbatas dan dengan keinginan kuat untuk memenangi perang secara mutlak ia akan berakhir dengan ideologi 'apapun itu lakukan'.
Hiroshima dan Nagasaki tercatat sebagai sebuah tempat yang dimana -debu-debu serpihan kota tersebut telah mengukir sejarah kelam manusia. Tentu kita sangat berharap bila apa yang menimpa kedua kota tersebut tidak terulang lagi di Damaskus.
Semoga saja perang lama yang berkecamuk disana tidak seutuhnya menggelapkan bagaimana manusia bisa menulis sejarah indah tentang kehidupan. Kita berharap perang yang terjadi disana bisa cepat berlalu dan juga sedikit berharap tidak ada lagi perang-perang yang akan terjadi kelak.
Semua itu adalah bagaimana jiwa manusia terikat dengan dunia.
Dan semua itu adalah waktu dan kehendak Allah Maha Mulia yang akan menentukannya.
Beradaptasi yang Seharusnya
Sesuatu yang berada dibumi adalah berubah, ia melingkar, searah bagaimana bumi berputar dan roda kehidupan terus berjalan. Kehidupan yang berulang, sejarah peradaban yang berkembang sampai akhirnya tenggelam binasa diterpa umur, akan senantiasa mewarnai bumbu kehidupan manusia.
Perubahan tersebut sangat terasa kepada kita ketika kita menyadari bahwa zaman sekarang tidak lagi seperti zaman sekarang. Kita, kadang, merindu pada satu keadaan sejarah dimana gambaran-gambaran pencapaian mereka mampu menggetarkan detak jantung. Namun itu semua adalah sejarah, hal mana semua yang berlalu berada tepat ketika seorang sejarawan mampu menuliskan kembali bagaimana gemilangnya mereka yang hidur sebelum kita.
Dari kehidupan primitif dan perkembangannya sampai pada tahapan gemilangnya kehidupan sekarang yang serba tekhnologi adalah bagaimana manusia bisa berhasil menggunakan keutamaan mereka didunia.
Terlepas dari semua itu maka sisi kelam yang selalau melekat pada kehidupan manusia tidaklah bisa kita harap hilang keberadaannya. Ia tetap ada dan mungkin selalu berjalan beriringan dengan kebaikan. Maka tidaklah salah bila dalam suatu proses kehidupan yang berubah itu sisi kelam manusia pun menjadi lebih hebat sebagaimana lawannya.
Dari Hiroshima ke Damaskus
Gambaran mengerikan dari sisi kelam tekhnologi bisa kita temukan dalam rangkaian sejarah perang-perang dunia, baik itu perang dunia pertama atau sampai pada perang dunia ke dua. Kita bisa melihat, meski lewat sebuah sejarah dan itu pun hanya sebagian, bagaimana deru mesin-mesin yang besarnya tiada tara apabila bersanding dengan sisi kelam manusia maka yang terjadi adalah suatu hal mengerikan.Manusia terbukti lemah, dan terkungkung merana dengan apa yang telah dicapai mereka sendiri. Ia berhasil tapi sekaligus gagal dalam mengemban misi untuk hidup yang lebih baik bila kenyataannya apa yang diemban mereka terbukti berwajah dua.
Tapi memang itulah satu gambaran bagaimana perang terkadang bisa melucuti mata batin seseorang. Sehingga kebaikan yang ada pada mereka lambat laut dimangsa oleh keberingasan mereka sendiri.
Perang suriah bukan hanya melibatkan antara militer dan oposisi saja melainkan warga pun menjadi sasaran empuk para regim militer untuk menegaskan kepada pihak oposisi untuk tidak main-main dengan mereka.
Didalam kacamata perang, tidak ada hal yang baik atau salah bila ia berbeda maka nyawa adalah taruhannya. Mereka akan melakukan apa saja untuk bisa membinasakan lawan. Maka tak salah bila satu kekejian bermuara pada kekuataan tak terbatas dan dengan keinginan kuat untuk memenangi perang secara mutlak ia akan berakhir dengan ideologi 'apapun itu lakukan'.
Hiroshima dan Nagasaki tercatat sebagai sebuah tempat yang dimana -debu-debu serpihan kota tersebut telah mengukir sejarah kelam manusia. Tentu kita sangat berharap bila apa yang menimpa kedua kota tersebut tidak terulang lagi di Damaskus.
Semoga saja perang lama yang berkecamuk disana tidak seutuhnya menggelapkan bagaimana manusia bisa menulis sejarah indah tentang kehidupan. Kita berharap perang yang terjadi disana bisa cepat berlalu dan juga sedikit berharap tidak ada lagi perang-perang yang akan terjadi kelak.
Semua itu adalah bagaimana jiwa manusia terikat dengan dunia.
Dan semua itu adalah waktu dan kehendak Allah Maha Mulia yang akan menentukannya.
Blognya bagus :)
ReplyDeleteSalam kenal kembali
Terima kasih :)
DeleteDari ulasannya cukup dimengerti saat menerangkan ttg sejarah sebaiknya disertai dengan sumber biar lebih akurat.
ReplyDeleteYa memang benar jangan sampai kita termakan oleh nafsu malah nafsu itulah yang menghancurkan diri kita.
Karena dalam hadits juga, bahwa "jihad yang paling besar adalah menguasai hawa nafsu". (HR. Bukhari Muslim).
Itu artinya nafsu wajib dikendalikan dan jihadpun bukan peperangan saja sebetulnya.