Perjalanan Laksamana Cheng Ho dan Catatan Ma Huan di Majapahit

Ilustrasi Cheng Ho

Berbicara tentang seputar sejarah abad pertengahan di Nusantara, siapa yang tidak mengenal nama laksamana Cheng Ho? Ia merupakan salah satu penjelajah terbesar asal China yang pada abad pertengahan pernah datang dan singgah di Nusantara. 

Pada saat itu laksamana Cheng Ho, menjadi orang kepercayaan kaisar ketiga dari Dinasti Ming, berserta awak kapal yang melakukan perjalanan dan sampai di Jawa tepatnya pada abad ke-15.

Misi yang diemban oleh Laksamana Chengho tentu berbeda dengan apa yang telah Mongol lakukan pada 2 abad sebelumnya. Dimana kunjungan yang terjadi pada abad 13 itu bisa dikatakan kunjungan perang yang dilakukan oleh orang dari suku tatar / Mongol terhadap kerajaan Majapahit. 

Pada abad 15 Cheng Ho mempunyai misi persahabatan atau perjalanan silaturahmi. Dan itu juga sesuai dengan yang diharapkan Kaisar. Ia, dengan mengirimkan armada besar, menginginkan citra yang baik dari orang-orang terhadap dinasti Ming yang ada di China. Cheng Ho sendiri, meski orang China, tapi ia merupakan keturunan muslim yang taat. 

Sedikit mengenal Cheng Ho, nama kecilnya adalah Ma Ho. Ma adalah, yang adalam bahasa China, marganya yang berarti Muhammad. Ia berasal dari Yunnan, salah satu provinsi yang ada di China. 

Dengan begitu pada tahun 1405, maka dimulailah perjalanan Cheng Ho, melewati hampir setengah wilayah dunia. Pelayaran atau ekspedisi Chengho waktu itu merupakan sebuah pencapaian cemerlang karena dia tidak sekali berlayar namun adakalanya ia berkunjung beberapa kali ke tempat yang sama. Termasuk dalam rute pelayarannya adalah wilayah Nusantara.

Berita perjalanan Cheng Ho bisa kita baca sampai saat ini oleh karena orang-orang China saat itu nampaknya sudah tertib administrasi. Maksudnya dalam tingkat keterampilan menulis, sekaligus membacanya, atau pendataannya sudah sangat mapan. 

Jangankan tentang catatan abad ke-15. Bahkan catatan-catatan China yang berasal dari abad 7 atau kurang dari 7 masih tersimpan rapih sampai saat ini.

Begitu juga dengan kisah dari perjalanan Laksamana Cheng Ho ketika berkunjung ke Jawa. Semua dicatat baik oleh seorang juru tulis yang kita kenal dengan nama Ma-Huan. Meski hanya ikut tiga kali ekspedisi tapi perjalanan itu sangat bermakna setelah ia mempublikasikan tulisannya yang berjudul Yingyai-Shenglan sekitar tahun 1451.

Dalam catatan Ma-Huan tersebut. Sangat menarik sekali bila melihat gambaran orang-orang China terhadap orang Jawa dan Sumatra pada saat itu. Mulai dari kondisi tempat tinggal, makanan pokok, suasana tempat tinggal dan bahkan tingkatan penduduk serta Agama dibahas dalam catatan Ma-huan ini.

Dalam tulisan singkat ini saya akan memaparkan sedikit gambaran singkat Ma-huan terhadap penglihatannya ketika di Nusantara sekitar abad ke 15.

Nama Kota, Tu-pan, Su-lu-mai, Chi-li-Shih, Man-The-Po-i

Diatas adalah nama-nama kota yang dikunjungi Cheng Ho ketika pertama kali menepi didaerah Jawa Timur. Pertama sekali adalah Tuban (Tu-pan), lalu Surabaya (Su-lu-mai), Gresik (Chi-li-Shih) dan terakhir Majapahit (Man-the-Po-i). Sedangkan untuk nama Jawa itu sendiri, dalam catatan Yingyai Shenglan pada saat itu adalah Chao-Wa.

Perlu diketahui bahwa sebelum sampai ditempat yang disebutkan diatas, rute yang dilalui oleh Cheng Ho melewati pulau Karimun. 

Setelah di Jawa, Laksamana Cheng Ho memulai perjalanannya kembali melewati tempat-tempat seperti Jepara, Tan-mu (Demak), Wu-Cueh (Pekalongan), Che-Li-Wen (Cirebon) dan Chia-Lu-Pa (Sunda Kelapa atau Jakarta) sebelum akhirnya sampai di Lan-pang (Lampung), pulau Sumatra. Perjalanan di Sumatrapun dimulai dari Lampung, Chiu-Chiang (Palembang), Lamuri dan Aceh.

Deskripsi Rumah di Jawa & Orang-Orang Kebangsaan

Adapun deskripsi Ma-huan pada rumah di Jawa pada waktu itu kurang lebih seperti ini: 

Bertingkat atau ada bagian yang memisahkan tempat duduk dengan tanah, bagian bawahnya ada rotan untuk tempat berkumpul dan duduk keluarga dan bagian atasnya ada beberapa kayu yang seperti perahu menutupi bagian bawah.

Ma-huan menambahkan bahwa ada sebagian rumah, khususnya di kota, yang bagian atasnya memakai Jerami dan konstruksi banguanannya pun sudah ada yang memakai batu bata. Pada Setiap rumah mempunyai beberapa kamar yang sebagiannya dipakai untuk tidur.

Lalu pada deskripsi pakaian. Ma Huan menggambarkan seorang bangsawan Jawa saat itu seperti:

Bagian atasanya tidak rapih atau berantakan. Tapi dikepalanya ada sedikit hiasan dari Emas dan Bunga. Sementara untuk bagian bawah, ciri khas nya adalah adanya Keris yang diikat dibagian pinggang. Sementara ada juga orang-orang Jawa yang berjalan dengan tanpa memakai sendal, alias telanjang kaki. Kadang sang raja menaiki gajah untuk pergi ke suatu tempat. 

Bila dipikir kembali, maka ada kemungkinan untuk orang yang tidak memakai alas kaki, sebagaimana Ma-Huan mendeskripsikan, adalah orang diluar Majapahit. Karena pada saat itu sendal sudah masuk menjadi salah satu komoditas yang sudah masuk dalam dunia perdagangan.

Untuk perempuannya, seperti apa yang tertulis dalam Yingyai Shengland: Mereka memakai sanggul dikepala, serta tangannya memakai penutup dan bagian badan atasnya ada penutup seperti kain. Sementara anak-anak kecil dari usia 3 tahun sudah diperbolehkan menyimpan Keris yang terbuat dari baja dan untuk pegangannya kadang terbuat dari cula badak atau gigi gajah.

Ma Huan mendapati bahwa ada sebuah hal yang mengerikan, mungkin, dengan mudahnya orang Jawa mempunyai Keris. Kadang, kata Ma Huan, tiada hari tanpa ada orang yang mati karena ada penusukan.

Setiap kali Ma Huan sampai pada satu tempat maka deskripsi dari apa yang dilihat tentu berbeda-beda. Ketika ia di Gresik maka ia mengambarkan bahwa Gresik adalah pelabuhan yang besar dimana beberapa komoditas berkumpul: Emas, batu menakjubkan dan lain-lain. Dengan ramainya perdagangan di Gresik maka tidaklah salah kalau Ma-Huan menyebut orang-orang di Gresik saat itu kaya-kaya.

Gambaran yang tak kalah menarik adalah ketika Cheng Ho dan Ma Huan berada di Majapahit (Tempat berdiamnya Raja). Cuaca ditempat kediaman raja ini sangat panas katanya. Tentu Ma-huan melihat hal yang berbeda dari Majapahit, terutama karena banyaknya barang-barang produksi yang sebelumnya jarang ia lihat. Seperti Sandal, Gold, Baja, Nutmegs dan Lada. Selain itu ada beberapa penjelasan mengenai jenis-jenis binatang dan buah-buahan yang banyak Ma Huan temui disana.

Yang perlu digarisbawahi mungkin apa yang Ma Huan lihat bukan sepenuhnya hasil dari produksi atau asli Majapahit. Karena ada komoditas lain yang disebutkan di catatan Ma Huan bukan asli dari Majapahit. Seperti burung Parrot yang sebenarnya mungkin berasal dari kontak dagang antara Majapahit dan Wwanin atau Onin atau untuk sekarang kita kenal dengan Fakfak.

Terakhir ada gambaran Ma Huan tentang orang-orang di Majapahit. Dalam Yingyai Shengland disebutkan di Majapahit terdapat tiga jenis penduduk. Yang pertama adalah orang-orang Muslim pendatang dari barat, sebagian dari mereka adalah pedagang. Cara berpakaian mereka sangat rapih. Kedua orang-orang dari T'ang (orang China) yang berasal dari Kuang-Cung. Umumnya mereka beragama Islam dan makanan yang mereka makan selalu bersih. Ketiga, yang terakhir, adalah orang lokal setempat. 

Kata Ma-Huan orang lokal jelek dan berwajah aneh. Pembahasan selanjutnya mengenai orang lokal disana justru lebih aneh.

Mereka tidur tanpa alas kasur atau bangku. Ketika makan, tidak ada sendok atau sumpit yang digunakan. Hanya menggunakan tangan saja. Ketika mau makan kadang mereka minum terlebih dahulu dan membersihkan bahan-bahan makanan, begitu juga dengan tangan.

Para ahli banyak berpendapat bahwa catatan Ma Huan ini, meski bukan sejarah resmi tapi ia, menjadi salah satu catatan mengenai Majapahit yang agak kumplit.

Penutup

Tentu masih banyak lagi gambaran atau pembahasan Ma Huan tentang orang-orang Nusantara yang tidak disajikan di website ini. Kurang lebihnya penulis ingin mengucapkan terimakasih sudah berkunjung dan silahkan sisipkan komentar kalau ada yang ingin bertanya.

Muhammad Zaki Al Aziz, M.Hum 

Bila teman-teman berminat untuk membaca catatan Ma Huan terjemahan Inggris ini silahkan klik link dibawah:

Download Disini