Menghadapi Skripsi; Ketentuan Awal & Ketentuan Seterusnya











Yang harus diperhatikan dari proses pengerjaan skripsi atau tulisan yang ditujukan untuk kepentingan-kepentingan tertentu adalah bagaimana kita mampu mengukur diri untuk menilai akan berapa lama proses pengerjaan itu selesai? Apakah kita bisa memenuhi waktu yang kita tentukan? Apakah kita bisa menjangkau keinginan menyelesaikan tulisan tersebut sesuai dengan kemampuan kita? Sebagian atau semua orang yang pernah mengalami hal ini pasti menginginkan proses bimbingan skripsi sesuai dan secepat yang diinginkan.

Dari pengalaman penulis - selama menjadi mahasiswa yang dibimbing - ketika mengerjakan skripsi, saya pernah dihadapi kebingungan dan kebuntuan dalam proses mengerjakannya. Beberapa faktor yang menjadi masalah yang saya alami ternyata terlahir dari kesalahan saya sendiri sebagai seorang mahasiswa. Meskipun saya sering mendengar kalimat-kalimat "Pembimbingnya kejam" tapi saya kira kesalahan mendasar itu bukan hanya terletak pada pembimbing skripsi yang jahat saja.

Karena saya pun pernah mengalami masa-masa tersebut dan pernah pula terbesit mengatakan kata-kata "Pembimbing kejam" selama proses pengerjaan skripsi. Meskipun pada akhirnya saya menyesal untuk berkata seperti itu oleh karena pada waktu itu mungkin saya belum sadar betul bahwa yang pertama harus benar-benar bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pengerjaan ini adalah diri sendiri.

Lama kelamaan saya menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh dosen pembimbing itu tidak semuanya salah. Yang salah itu kadang kita terlalu pesimis menghadapi situasi yang barangkali baru dialami oleh mahasiswa semester terakhir. Kenapa? Karena proses tersebut terkadang memerlukan tenaga dan pikiran yang benar-benar harus dipegang oleh kita. Kurang lebih ada tiga unsur penting yang harus diketahui oleh kita - sebagai mahasiswa yang lagi sibuk skripsi - untuk memudahkan proses pengerjaan skripsi yakni; Peneliti, Objek penelitian dan Penilitian

Peneliti, Objek Penelitian dan Penelitian

Dalam proses penelitian, peneliti, objek penelitian dan penelitian merupakan tiga unsur pokok yang berkaitan secara integral Nyoman Kutha Ratna (2010:4). Artinya meskipun ada tiga unsur yang disebutkan diatas akan tetapi ketiga unsur tersebut justru berjalan dengan secara seiringan. Semua berjalan secara tidak jauh-jauh melainkan secara bersama-sama. Penelitian itu ditunjang oleh objek penelitian dan objek penelitian itu ditunjang oleh peneliti.

Dari ketiga unsur yang berkaitan diatas yang perlu digaris bawahi adalah peran peneliti yang secara besar akan mempengaruhi bagaimana kita akan menyelesaikan apa yang kita kerjakan kelak. Bukan hanya diperlukan suatu pengetahuan yang benar-benar mempuni dalam area yang dipilih akan tetapi kondisi peneliti barangkali merupakan unsur terpenting yang harus benar-benar diperhatikan. Karena proses dari pengerjaan skripsi ini akan banyak menguras tenaga dan pikiran kita yang tidak sedikit. Kalau sudah sakit siapa yang akan meneliti? Kalau tidak ada peneliti maka tidak akan ada kegiatan penelitian. Nyoman Kutha Ratna, (2010:4).

Apa yang perlu diperhatikan ketika kita menjadi seorang peneliti? Jelas pertanyaan tersebut harus bisa kita jawab dengan secara seksama. Maksudnya kalau tidak seksama dan kita tidak semena-mena untuk menjawabnya maka menggapai sesuatu yang kita inginkan akan terasa sulit. Setuju?

Makanya ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika kita menjadi seorang peneliti. Yang mana hal tersebut akan memudahkan seorang peneliti untuk menyelesaikan tugasnya sebagai seorang yang melakukan penelitian. Diantaranya adalah:
  • Membaca, aktifitas ini meskipun terlihat seperti diam akan tetapi membawa dampak besar dari cara kita berpikir. Sama halnya ketika lenin selalu berjumpa dengan seorang yang sedang duduk tiap harinya dipojok kota, ketika ia menghampirinya ternyata ia sedang mengasah pisau yang tumpul menjadi tajam.
Membaca adalah kunci dari kita memperluas pengetahuan. Makanya banyak yang bilang bahwa buku adalah jendela dunia dan dengan membaca dunia ada dengan genggaman kita. Lalu setelah membaca? Setelah membaca banyak hikmah yang bisa kita dapatkan, kita menjadi tahu karena ketidaktahuan kita dan kitapun juga menjadi lebih tidak tahu kalau tidak dengan membaca. Setelah membaca lantaslah kita menjadi lebih terang dari kegelapan dan ingin senantiasa terang terus. Setelahnya kita merenung lalu menafsirkanya lewat tulisan-tulisan. 

Dan dengan menulis ternyata kita sudah membuat sebuah bacaan yang barangkali akan mencerahkan orang lain, luar biasa. Penjelasan diatas adalah apa yang disebut oleh Prof, Dr. Nyoman Kutha Ratna sebagai kesadaran diri dari seorang peneliti. 
Katanya "Kesadaran jelas timbul dari dalam diri sendiri. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membangkitkannya adalah dengan membaca sehingga timbul minta untuk mengemukakan, mempertanyakan kembali apa yang dibaca. Nyoman Kutha Ratna (2010:6). 
Lalu pertanyaannya sekarang adalah apakah kita telah banyak membaca untuk menjadi seorang peneliti? Hal diatas juga bisa menjadi senjata yang ampuh untuk berhadapan dengan dosen pembimbing. Apa yang kita baca bisa didiskusikan dan dberdialog lebih lanjut dengan dosen, teman atau berdiskusi dalam dunia maya. Biasanya hal ini menjadi nilai plus. Karena kita benar-benar terlihat bertanggung jawab atas apa yang sedang dikerjakan. Melalui ketiga kegiatan tersebut timbulah masalah yang dengan sendirinya menimbulkan kemauan untuk memecahkannya. Kutha Ratna (2010:6)
  • Selain membaca, diskusi dan dialog ada juga yang harus kita perhatikan sebelum menjadi peneliti. Tentukanlah diri kita apa ingin menjadi seorang yang benar-benar baru atau hanya ingin menjadi seorang plagiator dalam dunia akademisi? Dasar dari pertimbangan ini adalah apa yang disebut Prof. Nyoman Kutha sebagai "Kode Etik". Apakah anda ingin selama 4 tahun masa perkuliahan kita diakhiri dengan menjadi plagiator yang lolos dari mata manusia?
Selanjutnya adalah kualitas pribadi peneliti. Dan yang terakhir inilah yang akan banyak menunjang dan membantu kita melancarkan apa yang kita ingin selesaikan. Menurut Strauss dan Corbin (Dalam Nyoman Kutha, 2010: 8) disebutkan bahwa sumber kepekaan teoritik dari peneliti itu diantaranya:
  1. Penjelajahan literatur
  2. Pengalaman dalam bidang profesi yang ditekuni
  3. Pengalaman pribadi itu sendiri, dan
  4. Pengalaman dalam proses analisis
Dari penjelasan diatas yang singkat tersebut kita bisa mengambil hikmah atau intisarinya sahaja, yakni sebelum kita benar-benar menghadapi skripsi atau kegiatan apapun yang relevan seharusnya kita mempersiapkan diri secara matang sehingga ketika nanti dalam suatu prosesnya kita tidak terlalu kosong untuk bergerak, tidak terlalu gelap untuk meraba. 

Objek Penelitian adalah aspek kedua yang harus kita pertimbangkan. Apa yang akan kita teliti harus betul-betul apa yang kita kuasai minimal apa yang kita banyak ketahui. Jangan terlalu gegabah untuk mengambil jalan yang baru bila kita masih melewati jalan lama yang cepat sampai tujuan.

Objek adalah keseluruhan gejala kebudayaan yang ada disekitar kehidupan manusia. Nyoman Kutha (2010:12). Pun ketika kita hendak mencari objek yang diteliti maka kita tidak boleh semena-mena untuk memutuskannya. Sangat penting sekali untuk seorang mahasiswa dalam mencari objek; sekunder, primer maupun tersier seorang peneliti itu hendanya tahu betula perbedaan dari ketiga sumber tersebut.

Pak Prof. Nyoman Kutha Ratna juga memberikan pesan penting bagi mereka yang akan bergelut dengan skripsi. Khususnya mereka yang sedang dalam tahap pencarian masalah ( Jangan cari masalah dong takut berkelahi ). 
  1. Permasalahanya baru
  2. Menarik minat baik dari peneliti atau pembaca
  3. Memiliki relevansi, manfaat yang tinggi bagi masyarakat
  4. Mungkin dikembangkan lagi bagi penelitian berikut, dan
  5. Mungkin dilakukan dengan waktu dan dana yang tersedia  
Tambahan lagi → Objek penelitian itu seharusnya mempunyai kaitan baik dengan peneliti. Agar peneliti tidak bertindak terlalu jauh dari apa yang dipahaminya. 
Pesan Prof. Nyoman Kutha Ratna adalah "Kegagalan suatu penelitian sering disebabkan oleh tiadanya persamaan antara permasalahan dengan kompetensi peneliti sehingga penelitian seolah-olah dipaksakan (2010:16)
Yang terakhir adalah apa yang disebut dengan penelitian itu sendiri. Apakah kita pernah tahu bahwa suatu waktu para filsuf terutama Aristoteles pernah mengatakan bahwa kita terlahir selalu ingin tahu. Coba lihat bayi maka bayi cenderung terus berada dalam proses seperti ini. Bayi tersebut mencoba untuk bertanya kepada sang bunda dan sang bunda menjawabnya, tahulah akhirnya bayi itu.
Seorang penelitipun sebenarnya harus seperti itu namun penelitian macam apakah yang harus diperhatikan oleh kita - sebagai mahasiswa yang bergelut dengan skripsi dan semisalnya -. Karena pada dasanya adalah semua orang juga peneliti termasuk bayi tadi diatas. 

Oleh karena itulah kita diajarkan cara-cara mencari masalah dan memecahkannya dengan pelbagai jalan yang telah ditentukan oleh para ahli pada waktu itu. Lalu belajarlah kita metodologi penelitian, tekhnik mengumpulkan data dan bagaimana nanti kita menganalisisnya. Penelitian dalam skripsi itu haruslah bersifat ilmiah tidak boleh tiruan atau bahkan kebohongan. Jelas sekali kita berbeda dengan peneliti-peneliti non akademik. Sarana dan prasarana utama yang membedakannya adalah digunakannya seperangkat teori, metode, tekhnik  dan pelbagai persyaratan ilmiah lainnya. Nyoman Ratna (2010:18)

Dalam dunia sastra barangkali kita pernah mendengar kritik sastra akademik dan kritik sastra non akademik. Kritik sastra akademiki adalah mereka yang mempunyai teori-teori yang diusung dari barat dan kritik sastra non akademik adalah khalayak masyarakat yang selalu ikut serta dalam menilai apa yang direksa sang sastrawan. Nah itulah sedikitnya contoh yang bisa saya terapkan sebagai instrumen dari penjelasan diatas. Yah meskipun simple tapi sure lah.

Dalam buku "Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya, Pak Prof. Nyoman Kutha Ratna membagi penelitian dikaitkan dengan pengetahuan menjadi 2 yakni;
  • Peneltian Ideografis
  • Penelitian Nomotetis
Oleh karena saya mantan mahasiswa yang berkecimpung dalam dunia bahasa dan sastra maka penelitian yang saya ambil pada waktu itu bersifat penelitian yang pertama, Ideografis. Karena penelitian ini khusus membicarakan teks. Kutha Ratna (2010:20) 

Kurang lebih saya akan memberikan tabel yang ada didalam buku Pak Prof. Nyoman;

Paradigma Ilmu PengetahuanHubungan Antara Peneliti dan dataMetode
NomotetisPercobaan (Eksperimental)Kuantitatif
IdeografisPengamatan (Observasional)Kualitatif
Ilmu SosialPengamatan (Observasional)Kualitatif
Ilmu Sosial HumanioraPengamatan & PengalamanInterfetatif
Ilmu SastraPengalamanHermeneutik

Saya berharap tabel ini bisa membantu anda untuk mengerti apa yang kurang dari penjelasan diatas. Tabel ini merupkan jalan pembuka buat anda untuk lebih mengenal kembali perkembangan penelitian dari masa ke masa.
Yang terakhir dari apa yang harus diperhatikan dari penelitian adalah sikap untuk memahami kaitan antara tulisan yang mempunyai tema mirip dengan apa yang akan diusung dalam skripsi kita, dalam tanda kutip bahwa kita benar-benar baru dan beda dengan yang mirip tersebut. Oleh karena itulah kita selalu diberi rekomendasi untuk mengkaji pustaka, kurang lebih untuk memahami apa yang akan ditulis nanti. Mencari hal terbaru dari cara mengkaji skripsi orang lain tanpa menirunya sedikitpun sangatlah diharapkan bagi peneliti yang mempunyai kesadaran diri sebagai seorang intelektual.
*Semoga tulisan yang pendek ini senantiasa bermanfaat bagi sahabatku sang pembaca. Apabila ada tambahan maka jangan sungkan untuk memberikan komentar. Dan apabila ada pertanyaan maka jangan sungkan pula untuk bertanya. karena menurut teman saya Fahd Djibran Karena bertanya tak membuatmu berdosa. hhe