Mendefinisikan asal usul bahasa memang tidak segampang kita mengatakan: bahwa ada keterlibatan Tuhan, Dewa atau kepercayaan lain-nya dalam wacana asal usul bahasa. Pada periode awal memang para penganut teori divine origin mempunyai keyakinan bahwa asal usul bahasa itu adalah akibat adanya campur tangan Tuhan atau Dewa. Seperti contoh ketika Tuhan mengajarkan nama-nama benda yang ada didunia kepada Nabi Adam sebelum diturunkannya ke dunia, hal tersebut mengindikasikan bahwa Tuhan mempunyai peranan bagaimana manusia berbahasa. 

Lebih jauh lagi sebagian orang ada yang mengakui bahwa bahasa pertama itu adalaha bahasa nenek moyangnnya. Pada abad ke 17 mungkin menjadi sebuah sejarah yang tidak pernah terlupakan, seorang Andreas Kemke membuat pernyataan bahwa disurga Tuhan berbicara bahasa Swedia, sementara Nabi Adam berbahasa Denmark, sedangkan Naga berbahasa Prancis. Bahkan ada cerita dari Mesir yang lebih meyakinkan lagi tentang asal usul bahasa. Konon pada abad ke 17 SM seorang raja meser yang bernama Psammetichus mengadakan penelitian tentang bahasa pertama. Dia berkeyakinan bahwa seorang bayi yang dibiarkan tumbuh sampai berusia dua tahun tanpa diajak berbicara akan mengatakan sepatah dua patah kata, yang artinya bahasa yang pertama kali diucapkan kedua bayi tersebut adalah bahasa pertama. Alangkah terkejutnya ketika salah satu dari kedua bayi tersebut mengatakan Becos yang artinya roti dari bahasa mesir. 

Secara kasat mata apa pernyataan tersebut termasuk kategori hal yang logis atau rasional? Mungkin saya menginginkan pendapat para pembaca mengenai pernyataan Andrea Kemke ataupun Raja mesir diatas. Apakah pernyataannya itu termasuk hal yang logis atau rasional?. Hal ini perlu dijawab karena pada abad setelahnya yakni abad 18 SM spekulasi tentang bahasa berubah secara drastis. Apa yang dikatakan ada keterlibatan Tuhan, Dewa, dan Hal mistis dianggap tidaklah tepat.

Adalah karya Johann Gotfried (On the Origin of Language) yang mula-mulanya berpendapat bahwa tidaklah tepat apabila mengaitkan hal-hal yang mistis dalam penciptaan bahasa adalah anugerah illahi. Setelah itu banyak karya-karya yang bermunculan yang khusus membahasa asal usul bahasa diantaranya: Darwin dengan Pooh-pooh Theory, Max Muller dengan Dindong Theory, Yo he ho Theory, Bow bow Theory dan Gesture theory. 

Menurut hemat saya, kelahiran teori ini tidak akan terlepas dari perubahan paradigma pada zaman dimana mereka hidup, dimana manusia dan alam lebih menjadi seorang kreator bagi yang mereka ciptakan. Hal itu sangat mencolok pada teori-teori mereka yang menyangkut pautkan beberapa fase organik manusia dalam kehidupan sosial dan tidak menghendaki anugrah illahi. Apa yang mereka tangkap adalah sesuatu yang bisa direpresentasikan menjadi sebuah definisi.

Dengan penjelasan yang sangat singkat diatas, kiranya ada dua hal yang paling sentral dari para pemikir yang mempunyai perbedaan pendapat mengenai asal usul bahasa. Yang pertama adalah Adanya keterlibatan muatan Illahi atas penciptaan bahasa dan yang kedua adalah bahwasanya manusialah yang menjadi titik penting adanya asal usul bahasa tersebut. 

Sebenarnya kedua pemikiran diatas mempunyai hubungan yang erat. Menurut hemat saya kedua teori tersebut saling berhubungan, karena manusia yang merupakan makhluk ciptaan tuhan yang diberi akal, fisik, alat indera (termasuk bicara), dan manusia sebagai makhluk sosial pasti akan mengalami perkembangan interaksi didalam kehidupan. Apa-apa yang bisa diindrai maka bisa dimaknai dan dirasakan dan dihantarkan lewat bahasa, senada dengan West yang menyatakan bahwa Speech, as language, is the result of mans' ability to see phenomena symbolically and of the necessuty to express his symbols. 

Sekiranya perlu disadari bahwa masih banyak yang harus jelaskan mengenai asal usul bahasa pertama, penjelasan diatas hanya setetes embun dari arus sungai deras yang mengalir. Semua mampu untuk berpikir tentang asal usul bahasa pertama, seperti yang pernah saya utarakan bahwa kita terlahir dengan kemampuan untuk berbahasa. Sedari kecil kita tidak pernah menyadari bahwa ada hal penting dibalik kemampuan itu yang harus kita pikirkan. Bahasa apakah yang pertama yang muncul didunia?. Atau haruskah kita mengubah pertanyaan dengan mengapa kita bisa berbicara?apakah ada suatu wahana yang membuat kita berbeda bahasa? 

Adakalanya bahasa itu seperti Pulpen, hanya akan berfungsi ketika ada tinta. (ini pengandaianku, mana pengandaianmu) :D