Belum segenap satu minggu berlalu. Saya masih saja kepikiran mengenai kesan setelah menonton acara TV yang selalu tayang disalah satu media TV di Indonesia. Acara tersebut khusus ditayangkan untuk memberi tahu kepada kita bahwa ditengah kebahagiaan yang sedang dinikmati ternyata masih banyak – tak terhitung – saudara-saudara kita yang kesulitan dalam segi ekonomi, bahkan untuk makan sekalipun. Bila kita berkaca kepada sejarah maka kita harus bertanya apakah gunanya kita sebagai makhluk sosial?
Sebuah pertanyaan seharusnya kita ajukan dan tuntut kembali kepada pemimipin-pemimpin yang selalu menggunakan embel-embel rakyat terpinggir sebagai alat politik! Mana janji manismu sebelum tuan menjadi orang?
Perasaan ini adalah yang selalu muncul mewarnai hati sehari-harinya. Ditengah gempuran para koruptor yang seakan tak pernah berhenti, ditengah kerusuhan yang seolah menjadi hal yang biasa terjadi, dan ditengah kemerosotan kehidupan moral yang terlihat atau tak terlihat dengan mata.
Sangatlah rentan hati ini untuk berontak bila tiada suatu perubahan yang pasti. Apalagi dengan adanya salah satu tayangan TV yang menyentuh maka tak pelak, sempurnalah sudah perasaan ini menjadi kecewa benar adanya.
Yang menyentuh saat ini mungkin tiada terpikir oleh sebahagian kawan sekalian. Namun yang jelas saya telah melihat benar bahwa ada sesuatu yang tak beres dari suatu yang terlihat biasa. Adalah sebuah nama dari seorang anak kecil yang bernama ‘Ribet’.
Ribet adalah seorang anak kecil yang tiada sempurna dalam tubuh layaknnya kita. Ia seorang anak kecil yang sedari kecil telah ditinggal oleh kedua orang tuanya. Entah mengapa mereka dengan begitu tega meninggalkan seorang anak yang sejatinya titipan Allah Maha Mulia, Ia Maha Perkasa bagi manusia yang tiada daya. Lalu apa yang tak beres dalam hal tersebut?
Apabila kita kembali kepada perumpamaan suatu yang dimaknai dan yang memaknai maka benarlah sudah bahwa ada sesuatu yang harus diuraikan sedikit disini. Ditambah lagi ini adalah sebuah permasalahan nama! Yang pada sebagian orang sangatlah sakral dimaknai untuk dihayati. Sebagai sebuah wujud doa suci dari kedua orang tua untuk kehidupan seorang anak di hari kelak.
Apalah arti sebuah nama! Sahut Shakespeare kalau dalam nama tiada tersirat sesuatu yang tersurat. “Sebuah nama sebuah cerita” tambah Peterpan. Seseorang bertanya kepada Nabi dan bertanya, ‘yaa Rasulullah apakah hak anakku ini?’ kemudian Nabi SAW menjawab,‘memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik’.”(HR. Ath-Thusi).
Sebuah Nama Sebuah Cerita
Kita tahu bahwa ini adalah program TV yang khusus menayangkan kehidupan saudara-saudara kita yang tertinggal. Maka latar belakang anak, -yang bernama ribet – itu adalah suatu jawaban yang mungkin akan sedikit membukakan tirai tertutup.
Keadaan ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara adalah salah satu yang selalu menjadi kendala. Dan perlu diingat bahwa hal tersebut adalah tugasnya seorang pemimpin; baik itu Negara atau daerah. Hal ini perlulah untuk diantisipasi secepat mungkin. Untuk menghindari segala pemberontakan – karena keadaan – atau sifat keengganan dalam kebhinekaan karena mereka sadar pada dirinya tiada dianggap oleh bangsa.
Ribet adalah salah satu imbas dari bagaimana suatu kekecewaan – atas kehidupan – yang terukir dalam nama. Ribet juga mempunyai maknanya tersendiri namun makna yang tersiratpun adalah kelam sebagaimana arti kata Ribet.
Sebuah nama sebuah cerita adalah bagaimana kehidupan dari kedua orang tuanya yang lantas memberikan sebuah pemaknaan kepada seorang anak, yah dia adalah Ribet. Ditengah kehidupan yang tiada berangsur membaik, malahan memburuk. Lalu lahirlah seorang anak yang tiada sempurna badan selayak kita. Ketika kehidupan yang seperti itu tidak dihayati dengan keadaan jiwa yang suci, bersih dan rela ikhlas diri maka tak pelak sebuah kekecewaan yang mendalam adalah warna-warni jiwa mereka.
Apalah Arti Sebuah Nama
Dari awalnya sahaja sebuah kekecewaan telah tertumpah pada kehidupan sang anak yang sejatinya berkah dari Allah. Setelahnya itu apalah arti sebuah nama bagi mereka yang mungkin tiada berdaya dalam hal memberi makna?
Arti dari sebuah nama adalah sebuah harapan yang kelak akan membaca cerita yang berskala, memanjang sampai kepada kehidupan yang tiada seperti sekarang ini. Sebuah nama juga adalah bekal bagi orang tua ketika mereka tiada maka doa dari anaklah – yang mempunyai harapan dan cerita dari yang diharap – sejatinya bisa menembus tinggi dinding langit yang tiada bertepi itu.
Maka benarlah apabila baginda Nabi Muhammad berujar – Salamku Atas Beliau dan Semoga Beliau Selalu Diberi Tempat yang Setimpal Perjuanganya – memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik’.”(HR. Ath-Thusi).
Bukanlah hanya nama sahaja hal yang diharapkan bisa terwujud. Melainkan yang terpenting adalah bagaimana kita senantiasa mendidik anak dilingkungan yang sudah semakin sedikit semerawut ini. Jangan lantas setelah terlahir kedunia bayi itu diterlantarkan apalagi dibunuh! Bukanlah seorang manusia kalau misalnya seperti itu, melainkan sifat binatang.
No comments
Post a Comment