ROHINGYA: DURI DIANTARA KEBERAGAMAN


Ada yang enggan
Ketika bunga yang layu
Menemukan mekarnya
Tepat dialtar rerimbunan pohon yang riak

Seakan terguncang
Yang riak pun menyeruak
Tak mau bila yang mekar
Menemukan bunganya merekah

Ditebaslah bunga tersebut
Oleh karena jiwa yang gundah
Tak menghendaki mereka untuk mewangi
Satu persatu bungapun layu kembali

Kepergian mereka adalah hati yang pilu
Setiap tangis pada bola matanya
Terasa mengiris hati dibingkai sejarah
Yang seharusnya hidup mewarnai bumi, menjadi klise dimata yang gundah

Sama waktu dengan kisah lalu
Saudaraku lemah dihadang gemuruh
Namun kuat untuk terus mendayuh
Mereka bediri tegak menentang daripada diam binasa diatas bisu

Ada yang tak elok bila kebersamaan akhirnya pudar
Padahal ia berdampingan pada setiap garisnya
Warnanya yang beragam mampu melunakan setiap pelupuk mata sang pemandang
Walaupun begitu ia tetaplah terjangkau sang iblis

Bila keberagaman tepat pada wajah kepentingan
Rahmat Tuhanpun mereka kesampingkan
Bak duri yang tumbuh melukai setiap pemandangnya, tajamnya itu ialah kerakusan
Begitulah nampak ketidakharmonisan

Kehendak kuasa dari manusia buas begitu mengerikan
Dalam hati mereka hidup bersemayam jiwa yang sakit
Jiwa yang barangkali terlempar jauh dari syurga
Menembus relung jiwa manusia yang terlena dunia

Sekarang nampaklah pada kita sebuah cermin
Sebuah perkara yang bisa jadi sebuah isyarat
Bilamana kelak kita memandang diri disekitar
Terdapat satu kuasa manusia yang tak cinta kebersamaan

Yang ada pada syair ialah renungan berkala seiring waktu
Ia penghantar rasa jika mata tak bisa menatap dan sedih tak bisa memeluk

Semoga mereka yang disana diberikan kesabaran.
Walau terasa lama mereka mendera dari perkata sabar
Yakinlah nanti semuanya terbalas setimpal dari dera yang menjerat
Bersahajalah karena doa yang terpanjat, senantiasa sampai padaNya.

Bila tidak sekarang di dapat, janganlah mengira keadilan tak pernah menyambangi
Kelak semuanya tidak akan semu dan tak akan ternoda dari perkata yang tak benar

"Puisi ini termasuk dalam 80 Puisi(dibukukan) naskah terbaik yang diselenggarakan FAM Indonesia dalam tema Mesir, Palestina dan Rohingya"- Muhammad Zaki Al-Aziz, Aydia.