Pamflet Penolakan Organisasi Muhammadiyah di Mekah Tahun 1920an

Pamflet Penolakan Organisasi Muhammadiyah di Mekah Tahun 1920an

Raden Adipati Wiranatakoesoemah

Sejak kemunculan Muhammadiyah di Jawa Tengah pada tahun 1912 lalu, organisasi yang dikenal sebagai organisasi pembaharuan itu sudah mendapatkan resistensi baik dari pihak Belanda dan bahkan dari kalangan pribumi,

Dari pihak Belanda, ketakutan tersebut berdasarkan bahwa gerakan yang dibawa oleh Muhammadiyah akan menyadarkan posisi pribumi yang selama beberapa tahun kebelakang kerap diperlakukan tidak adil.

Dari kalangan pribumi, mereka yang melakukan resistensi menngatakan, organisasi Muhammadiyah pada saat itu sebagai antek Belanda karena metodenya dan model pergerakannya yang modern.

Lalu ada juga yang mengatakan Muhammadiyah melenceng dari pakem Islam yang selama ini ada di Indonesia.

Selain karena sebagai organisasi pembaharu, ternyata narasi organisasi Muhammadiyah yang banyak menjadi perbincangan, kadang suka dibawa hati malah sampai benci, adalah bahwa organisasi ini secara fiqh tidak bermadzhab.

Dan narasi-narasi seperti ini ternyata sudah ada sejak abad 20an awal. Seperti halnya yang dirasakan oleh salah satu ulama kenamaan dari Bogor, Raden Moechtar.

Ada kemungkinan bahwa yang dimaksud Raden Moechtar ini adalah Muhammad Mukhtar bin Atharid Al-Bughuri, salah satu tokoh ulama dari Sunda yang berhasil menjadi pengajar di Mekah dan menelurkan banyak kitab-kitab.

Fakta sejarah ini saya dapatkan dari buku yang ditulis oleh Raden Adipati Aria Wiranatakoesoemah dalam bukunya yang berjudul "Mijn Reis Naar Mekka" halaman 46 dikatakan bahwa ketika Wiranatakoesoemah berada di Mekah, ia mengunjungi dan bertemu dengan Raden Moechtar.

Dalam catatan tersebut dikatakan bahwa Raden Moechtar kurang menyukai pergerakan organisasi Muhammadiyah. Dan alasannya adalah karena Raden Moechtar menganggap bahwa organisasi tersebut tidak menganut empat Madzhab. Hal itu otomatis tidak mengakui  kualitas ulama-ulamanya.

Bahkan penolakan organisasi ini tidak hanya sebatas muncul di mulut saja. Lebih dari itu, ternyata di Mekah pernah muncul satu brosur atau pamflet yang menampilkan narasi menentang organisasi Muhammadiyah.

Ik kwam zelfs in het bezit van een te Mekka uitgegeven brochure tegen de Mohammadijah beweging. - Wiranatakoesoemah. 

Namun resistensi yang dilakukan oleh berbagai pihak tersebut, nyatanya tidak diambil pusing oleh Muhammadiyah atau oleh Ahmad Dahlan. 

Tidak diambil pusing dalam artian, bukan berarti Muhammadiyah tidak bermadzhab, tapi dalam memutuskan hukum-hukum tentu patokan Muhammadiyah yah berasal dari keempat madzhab tersebut.

Kemungkinan bahwa para pendiri Muhammadiyah agaknya sudah bisa menerka bahwa jalan dakwah yang mereka ambil akan banyak menimbulkan pro dan kontra.

Justru resistensi yang muncul tersebut menjadi pemicu Ahmad Dahlan dan kawan-kawan untuk terus berdakwah dengan cara yang membumi.

Hingga hasilnya sampai sekarang Muhammadiyah tetap kuat berdiri dan menjadi salah satu pilar kuat yang dimiliki oleh Indonesia.

MIJN REIS NAAR MEKKA

https://mataair.co/syekh-mukhtar-bin-atarid-ulama-nusantara-yang-mendunia/

Post a Comment