Benarkan kutipanya? :D |
Indonesia, di pagi hari, sudah dikejutkan dengan tontonan yang tak biasa dalam sebuah berita. Seorang pembicara dari FPI melakukan siraman air terhadap seorang sosiolog UI, Thamrin Tamagola.
Kejadiannya terjadi saat TVone mengundang kedua pembicara tersebut untuk berdiskusi perihal pelarangan minuman keras, sweeping dan sebagainya pada bulan ramadhan. Kita tahu bahwa tak mungkin kalau TVone, kalau pada acara-acara diskusi yang membicarakan satu problema, mengundang pembicara hanya dalam tataran pada satu pihak saja.
Oleh karena itu dalam sesi Apa Kabar TVone pada pagi tangga 28/6/2013 itu, kedua orang dari kubu yang berbeda diundang untuk menjadi narasumber. Mereka berdua berbicara atas apa yang mereka pikirkan yang jelas tentu berbeda pendapat. Berbeda itu sudah tentu pasti berbeda. Munarman berbicara dari perspektif anu dan Thamrin Tamagola pun begitu demikian, dia berbicara dalam pandangan dirinya sebagai seorang sosiolog dan...
Tapi apa yang terjadi ketika dalam sebuah diskusinya, salah seorang dari kedua pembicara menyiramkan air terhadap thamrin tamagola?
Sejatinya kita, sebagai masyarakat yang berada pada tataran kedua dari sebuah kejadian, harus lebih melihat kejadian itu dengan secara seksama. Artinya kita harus lebih melihat kejadian itu dengan jalan yang tak sempit. Hanya pada perbuatan Munarman saja yang tak sopan terhadap orang tua, perbuatan yang tak dianjurkan agama Islam, dan lain sebagainya sedangkan jalan yang, mungkin, lebih luas kita lupakan.
Tak Mungkin Hanya Karena Sebuah Diskusi
Rasanya tidak percaya kalau hanya sebuah diskusi saja membuat seorang Munarman menyiramkan air terhadap Thamrin Tamagola. Bila dilihat secara gesture awal, yang ada dalam video-video hasil upload para user, sikap Tamagola terlihat agak santai namun terlihat muka tegang atau raut muka ketidakenakan ketika Munarman mengemukakan pendapat.
Sebaliknya Munarman, ia berbicara sesuai apa yang moderator pertanyakan. Dan tentu bila dalam sebuah diskusi saling berbeda pendapat itu adalah hal biasa. Ketika Munarman mengemukakan pendapatnya, terlihat ia menyinggung pendapat Thamrin Tamagola yang katanya bla..bla..bla.
Secara gesture, Munarman terlihat seakan semua biasa aja meskipun tangan dari Munarman-pun terlihat meliuk-liuk kepada thamrin, tapi tidak langsung menuju pada thamrin. Dalam sebuah diskusi semua bisa berbicara, bahkan gerakan tangan pun bisa menjadi simbol bagi lawan bicara.
Saya rasa permasalahan muncul dari sini. Dari ketika raut muka Thamrin terlihat begitu menggebu mendengar apa yang diutarakan oleh Munarman. Ketika tangan menyahut, yang mungkin disangka beliau, tertuju padanya maka marah lah sudah Thamrin meledak dengan kembali menunjuk dan memotong pembicaraan Munarman yang sedang asyik berpendapat.
Alhasil, jeger, air pun meruak tanda Munarman merasa tak enak pada sikap Thamrin yang dirasa tak sopan dan tak beretika. Barangkali acara yang ada di TVone tersebut lebih pada merupakan siraman rohani bukan sebuah berita pagi hari!
Dalam Maya Semua Begejolak Bila Bertemu Semua Gejolak Menjadi Nyata
Akhir-akhir ini saya sering berkunjung kedalam beberapa situs berita online Indonesia yang terkemuka. Apa yang saya ingin ketahui dalam kunjungan tersebut bukan karena saya ingin mencari berita terbaru atau gosip bahkan faktamorgana terbaru. Melainkan saya ingin, beralih, untuk mengetahui bagaimana respon masyarakat dari hari ke hari dalam menanggapi sebuah masalah, khususnya masalah Suriah alias komentarnya.
Meskipun masih dalam wacana spekulatif tapi saya merasa percaya bahwa media telah membagi massa Indonesia menjadi pada kurang lebih 3 dimensi. Mereka yang percaya bahwa tindakan oposisi benar kemudian mereka yang percaya bahwa tindakan rezim Assad benar dan terakhir mereka yang berada pada kegalauan dimensi pertama dan kedua. Semua pembenaran berdasarkan fakta yang beliau suarakan.
Akibatnya dimana-mana berita tentang suriah dituliskan selalu saja terjadi perang maya, perang kekerasan terhadap simbol yang mereka percaya dan tak percaya, antara mereka yang percaya oposisi dan Rezim Assad. Permasalahannya sekarang adalah kedua dimensi ini sangatlah bersangkut pautan dengan agama Islam itu sendiri.
Yang percaya pada wilayah oposisi Suriah adalah mereka mempunyai pendapat bahwa sebagian besar konflik disana meliputi konflik antara Sunni dan Syiah. Sebaliknya yang lebih memihak pada Rezim Assad adalah mereka mempunyai pendapat bahwa adanya kekuasaan wahabi yang membuat semua menjadi kacau. Wahabi oleh karena mereka disokong oleh Amerika dan Israel dan Syiah oleh karena Iran, Hizbullah membantu Rezim Assad dalam memerangi oposisi.
Media saya rasa turuk serta dalam mengagendakan sesuatu. Meskipun pada prosesnya media tersebut tidak sedang mengagendakan sesuatu tapi efek impolsion, meminjam istilah Baudrillard, pada masyarakat itu yang menjadi sebuah problema. Bila terus menerus hal ini dibiarkan dan berita-berita semakin tak kentara secara tidak sadar kita akan masif.
Kekerasan sudah terjadi dalam cara manusia berpikir, memaknai, menyimbolkan dan menginterpretasikan sesuatu. Kekerasan ini terjadi dalam sesuatu yang berada pada tataran semua bias namun menyebar seiring satu simbol meyakini satu sama lain. Ketika semua sudah membludak memenuhi cara kita berpikir, akibatnya cara kita bertindak pun akan kurang lebih sama dengan cara berpikir.
Didalam media lah semua orang bisa menyalahkan satu sama lain, memberi suatu pengertian satu sama lain mengenai apa yang diideologikan mereka atau apa yang diyakini mereka. Ditambah media adalah tempat yang sekarang menjadi wilayah sosial baru bagi bagaimana masyarakat berinteraksi sehingga sangatlah cepat untuk menyebar kearah manapun.
Di Indonesia juga ada sebuah gerakan maya yang mengatas namakan mereka dengan Indonesia tanpa Liberal dan Indonesia tanpa FPI dan sebagainya. Didalam medialah semua digodog terlebih dahulu sebelum menemukan tempat yang paling pas untuk reaksi.
Terjadi Pada Munarman dan Thamrin Tamagola
Diatas disebutkan bahwa rasanya tidak mungkin kalau misalkan sebuah diskusi sahaja membuat seorang Munarman melakukan penyiraman terhadap thamrin tamagola. Untuk kejadian ini mungkin ada sesuatu yang besar, yang tersimpan kelam dari kedua pihak yang berseteru.
Dalam banyak dunia maya saya banyak mendapati bahwa sosok thamrin tamagola adalah sosok yang pernah menjadi perbincangan massa. Akibat tindakannya yang melecehkan suku dayak perihal hubungan sex. Sementara itu dia juga pernah mempunyai statement luar biasa tentang perang ambon dan poso. Ia mengatakan untuk perang yang pernah terjadi disana itu adalah akibat Umat Muslim. Spontan hal tersebut tidak mengenakan terhadap umat Muslim.
Selain itu juga ada yang mendefinisikan thamrin tamagola sebagai seorang liberalis. Definisi yang terbuat oleh karena sikap dan pandangan seseorang terhadap agama yang sangat berbeda dengan yang lain, yang mungkin lebih banyak mengejutkan. Terkadang banyak orang yang berbicara bahwa yang liberalis itu keras dalam berpikir, keluar dari jalur dan terlalu dekonstruktif beudh - alay dikit pake beudh. he
Dan bukankah kita tahu bahwa sikap FPI, dan beberapa umat Islam terhadap pendefinisian liberal itu sangat tegas. apalagi Munarman, dia seorang yang tegas, yang kita tahu adalah seorang laskar dari front pembela Islam.
Melihat dari jejak kedua belah pihak yang penuh dengan maya yang tak biasa maka tidaklah salah kalau pada akhirnya "yang maya yang bergejolak akan nyata bertindak bila bertemu pada waktu bersama secara berhadap-hadapan."
Kesimpulan yang Pendek
Semua permasalahan Munarman dengan Thamrin bukanlah masalah penyiraman, tindakan sopan santun, tindakan seorang yang mencerminkan organisasi Islami, sahaja. Melainkan banyak hal. Kita sejatinya berada pada tingkat bagaimana kita tidak mengetahui sesuatu yang harus kita ketahui sebagai sebuah pemicunya.
Sehingga, bila berpikir demikian, kalau misal seseorang berbuat salah kita mungkin lebih menjadi seorang yang mutlak yang menguasai tindak hukum sosial bagi siapa saja yang dicap salah. Padahal kita tidak tahu kita sedang berbuat fitnah oleh karena sikap yang hanya terlihat secara sementara bagian.
Tindakan Munarman disatu sisi memang tidak salah bila menjadi permasalahan namun disisi lain tindakan thamrin tamagola yang memotong pembicaraan dan menunjuk setelah mendengar pendapat Munarman pun tidak dapat dibenarkan.
Setelah melihat kepada keduanya marilah kita lebih cermat, ingin mengetahui, sinyal-sinyal besar yang menjadi akibat penyiraman Munarman terhadap Thamrin. Sinyal-sinyal itu adalah apa yang telah tadi dituliskan, yaitu berada pada perang maya bergejolak ketika nyata reaksi terbuai.
Salam.
No comments
Post a Comment