Gambar dari Republika
Akhir dari hingar bingar kita pada pesta pentas pertandingan pra musim, tour, adalah berakhir dengan suatu keadaan dilematis. Yakni kita kebingungan menempatkan sesuatu hal diatas hal yang lainnya. Karena disatu sisi kita pantas berbangga kedatangan tim besar sekelas, sebut saja, Chelsea, Liverpool, dan Arsenal akan tetapi pada satu sisi lain yang berbeda kita mendapati bahwa kita lebih prestisius untuk menerima kesukaan kita terhadap suatu yang disukai ketimbang untuk menjadikan tim Indonesia "menjadi lebih baik", pendek kata dilema.

Terlebih ketika sang pelatih kenamaan Chelsea, yang terkenal itu, Jose Mourinho mengemukakan pendapat yang kurang lebih pedas tapi keluar dengan suatu kejujuran. Tak sampai disitu, ternyata apa yang dikatakan Mou itu merupakan sesuatu renungan luar biasa yang harus diperhatikan kita. Renungan yang mungkin akan membuat kita lebih waw pedas.

Mou dan Renungan Kita

Pernyataan Mou yang mengatakan bahwa negara kita tidak mempunyai potensi untuk menjadi pemain spesial adalah satu dari betapa pedasnya bilamana seseorang bisa jujur dalam menyampaikan pendapat. 

Melihat pada bagaimana keseriusan dia dalam mengamati pola permainan lawan mungkin pendapat Mou ini bisa dijadikan suatu renungan bagi kita. Apakah benar negara kita yang besar seakan tidak diberikan suatu potensi untuk melahirkan pemain spesial?

Saya rasa Mou tidak benar seutuhnya disini karena meskipun seseorang pemain itu spesial, dalam arti ia mempunyai bakat yang luar biasa, tanpa adanya suatu sistem pembinaan yang baik maka niscaya bakatnya itu akan terhadang pudar karena sistem yang ada di Indonesia kurang baik.

Kita mungkin tahu bahwa keadaan organisasi yang menaungi sepakbola Indonesia pernah, mungkin masih terjadi, kalang kabut dihadang badai sedari dulu. Dan tak ayal, tentu tak bisa dipungkiri, bahwa efek yang ditimbulkannya masih hangat terasa sampai sekarang.

Bila yang berkuasa sedang diterpa badai yang tak kian membaik apa bisa para pemain bisa bangga, seutuhnya, terhadap dunia persepakbolaan kita? Sedangkan kata Mou juga permainan sepak bola itu mengharuskan adanya suatu kebanggaan dan gairah yang luar biasa. Bila sudah ada terdapat kehendak yang sama antara yang membenahi dan dibenahi mungkin rasanya akan ada suaut jalinan baik yang berkelindan itu.

Mou, Tour, Kita 

Saya tak menyangkal bilamana kedatangan tim-tim besar, disatu sisinya, hanyalah sebagai salah satu strategi marketing yang diputuskan oleh pihak yang berkepentingan. Menyadari bahwa negeri kita ini dipenuhi oleh fans-fans klub, bahkan sampai ada yang berkeyakinan bahwa budaya telah merasuki, maka tak mungkin bila seorang marketing sebuah klub melewati kesempatan besar ini?

Dilematis terulang kembali pada ranah ini. Melihat antusias yang sangat besar sekali dari fans-fans klub tersebut mempunyai sisi kelamnya tersendiri. Bila saya menyatakan bahwa apakah benar ada satu porsi lebih yang dilakukan fans dalam mendukung tim Indo dengan tim lain? Akankah para fans tersebut datang berbondong-bondong bila Indonesia bertanding melawan dengan klub yang biasa saja?

Sang pembicara TV pun selalu mengatakan demikian, dilema..dilema..dilemaa....

Syahdan, seorang ilmuwan besar Muslim pernah berujar bahwa hal yang baik itu adalah ketika hal tersebut dilakukan secara berkala dan tidak terjadi hanya secara sekilas lalu pergi tanpa satu bekas yang bisa menjadikan kita puas.

Untuk mengatakan bahwa kedatangan tim-tim besar ke Indonesia dalam rangka untuk mendongkrak dunia sepakbola kita rasanya itu hal yang jauh, ia bisa saja dapat diraih tapi jauh tuk dijangkau. Namun untuk mengobati rasa rindu dari sang pecinta klub luar sana mungkin itu dekat, karena yang kemarin ia jauh dari rasa simbolik, sekarang mendapati mereka dekat secara mata.

End with next chapter