Iklan

Muhammad Zaki Al Aziz
October 18, 2021, October 18, 2021 WIB
Last Updated 2022-10-29T06:16:03Z

Fernando Mendez Pinto dan Kisah Ratu Saba di Lampung

“ For the inhabitants affirm, out of their chronicles, how in this very town of Lampon there was anciently a factory of merchants, established by the Queen of Sheba, whereof one, named Nausem, sent her a great quantity of gold, which she carried to temple of Jerussalem, as such time as she went to visit the wise king Solomon”


Pengantar


Kutipan diatas berasal dari sebuah buku yang mengkisahkan salah seorang penjelajah Portugis pada abad ke-16an. Buku yang ditulis dengan judul The Voyages and Adventures of Ferdinand Mendez Pinto ini memuat seluruh perjalanan yang dilakukan Pinto kala itu dari Portugal ke India, Turki, Goa, Malaka bahkan di Jawa dan termasuk ketika ia berada di Sumatra.


Di ceritakan dalam buku tersebut bahwa selain melakukan perjalanan ke wilayah Asia, Pinto juga acapkali mencatat deskripsi keadaan masyarakat atau Khazanah mengenai nama-nama Raja di tempat-tempat, yang ia kunjungi.


Misalnya ada sebuah penjelasan terkait perang Kesultanan Achem atau Aceh dan orang-orang Batas (sekarang kita kenal dengan orang Batak) ketika Pinto berada di Samatra. Pinto juga dikatakan pernah bertemu dengan orang-orang yang masih mempunyai kebiasaan memakan daging manusia atau kanibal yang kemungkinan masih berada di wilayah Batas (koreksi bila penulis salah).


Namun yang membuat penulis penasaran adalah adanya catatan mengenai sebuah kronik yang mengatakan bahwa terdapat sebuah pabrik kuno di Lampon (Lampung) yang didirikan oleh Ratu Saba, salah satunya Nausem.


Dalam catatan tersebut disebutkan bahwa pernah satu waktu pabrik ini secara berkala mengirimkan emas kepada Ratu Saba dengan kualitas terbaik sebagai persiapan ketika Ratu Saba akan menghadap Raja Sulaiman.


Secara historis memang benar bahwa pada zaman dahulu daerah Sumatra pernah dikenal sebagai penghasil emas terbaik di dunia. Ketenaran ini bahkan sampai terdengar kebelahan penjuru dunia.


Dalam sumber India, di prasasti Nalanda (abad 8 M), dikatakan bahwa Sumatra ini mempunyai nama lain yakni Suvarnadvipa yang berati pulau emas. Sumber lainnya dari Tiongkok, lewat biksu terkenal yang pernah menetap di Palembang, I-tsing menyebut Sumatra dengan nama Chin-Chou atau tanah emas.


Bahkan dikatakan pula bahwa Sumatra telah dikenal oleh orang Yunani pada abad ke 2 dengan nama Tapobrana. Maka dari semua sumber di atas tentu poin utamanya adalah Sumatra pernah menjadi pulau penghasil emas yang banyak, maka dari itu bangsa-bangsa lain datang untuk berkunjung ke tempat ini.


Pendapat Mengenai Ratu Saba Di Indonesia

Sumber lebih lengkap mengenai keberadaan Ratu Saba di Sumatra sebenarnya masih menjadi sebuah misteri yang layak untuk ditelusuri. Apakah hal tersebut hanya sebuah folklore atau cerita rakyat yang waktu itu sedang berkembang atau bahkan hanya sebuah kebohongan yang diutarakan oleh Pinto?


Sejauh bacaannya yang penulis ketahui, kiranya ada beberapa orang yang meyakini bahwa Ratu Saba bahkan dengan kerajaannya itu berasal dari Nusantara. Diantara kebanyakan ilmuwan klaim yang diajukan terpusat pada toponimi.


Seperti halnya pendapat Ridwan Saidi yang pernah mengejutkan publik masyarakat Indonesia kemarin-kemarin. Ia mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya itu adalah kerajaan fiktif. Ia lebih percaya bahwa prasasti yang menjadi dasar bukti adanya kerajaan Sriwijaya merupakan peninggalan kerajaan Islam melayu.


Bahkan lebih jauh lagi, ia mengatakan bahwa jauh sebelum Islam datang ke Palembang, ajaran tauhid telah masuk kesana, melalui Ratu Saba. Bukti yang ia ungkapkan adalah adanya tempat ritual ibadah yang saat ini dikenal dengan Sabokingking.


Pendapat lain yang kayanya lebih banyak memberikan penjelasan datang dari seorang yang bernama Fahmi Basya. Seperti halnya Ridwan Saidi, sosok Fahmi Basya juga sempat menjadi perbincangan karena pendapatnya yang mengatakan bahwa Indonesia adalah negeri Saba yang hilang.


Diantara pendapat yang ia utarakan adalah adanya nama Wonosobo, dinistbatkan pada Ratu Saba, berserta penjelasannya dan nama Sleman, dinisbatkan pada Nabi Sulaiman, yang ada di daerah Jawa tengah.


Sumber lawas lainnya datang dari Marignolli (seorang pelaut sekaligus penjelajah asal Italia) pernah singgah di Jawa, tempat yang ia yakini adalah negeri ratu Saba. Di Sumatra sendiri, khususnya di dearah Minangkabau, terdapat Hikayat yang berjudul “Hikayat Puti Belukih” dimana isi dari hikayat tersebut erat berkaitan dengan tokoh ratu Balqis (Saba) dan Nabi Sulaiman.


Sebenarnya sosok Ratu Saba ini telah menjadi legenda dunia. Keberedaannya bisa dikatakan ada dimana-mana. Bukan hanya orang Indonesia saja yang mempunyai klaim terkait kerajaan Ratu ini, orang-orang Jepang juga mempunyai keyakinan bahwa Ratu Saba (Makeda) itu berada di daerah pegunungan yang ada di Jepang. Orang Yaman pun mengatakan bahwa dahulu terdapat seorang ratu yang melakukan perjalanan ke Utara (Jerussalem) untuk menemui seorang raja dan sebagainya.


Hikmah Yang Bisa Dipetik


Sudah banyak diketahui bahwa Nusantara ini merupakan pulau yang kaya akan kekayaan alamnya dan rempah-rempahnya. Inilah yang menjadi daya tarik pelaut-pelaut dari bangsa lain pada zaman dahulu dalam mengarungi Asia jauh. Terlepas dari kronik tadi, hikmah yang bisa dipetik dari tulisan ini adalah dengan merenungi bagaimana dahulu kala Nusantara merupakan negeri yang kaya raya. Tidak seperti sekarang, simbol kaya raya tersebut hanya menjadi sebuah romantisme sejarah yang hanya bisa disanjung semata. Tapi dalam kehidupan nyata masyarakatnya saat ini seolah-olah hidup dalam kemiskinan.


Wallahu a’lam bi shawab.


Nb: Bagi teman-teman yang ingin mengunduh Ebook buku Adventures of Mendez Pinto, silahkan komentar dibawah dengan menyertakan email aktif.


Cogan, Henry. 1897. The Adventures of Mendez Pinto. Amerika: Cornell University. Hal 47.