Anwar Abbas: Dari Kritikan Sampai Perhatiannya Terhadap Ummat

Belum lama ini dunia sosial media lagi banyak dihebohkan dengan kasus yang berkaitan dengan agama Islam. Mulai kasus yang menimpa para santri di Bandung yang di lakukan oleh Herry Wirawan, selain itu ada dugaan pengurus MUI yang mempunyai paham teroris atau juga ada beberapa anggota MUI yang dipantau KPK, sampai yang terakhir, lagi ramai diperbincangkan adalah, tentang kritikan Anwar Abbas, yang mewakili MUI, kepada Jokowi pada pembukaan Kongres Ekonomi Umat (KEU) beberapa hari yang lalu. 


Kasus yang terakhir ini sangat menarik, karena bisa dikatakan kritikan Anwar Abbas ini, yang ditujukan pada orang no. 1 di Indonesia ini, seolah-olah puncak dari kekesalan orang-orang, lebih kepada buzzer, di sosial media. Bahkan bukan hanya MUI saja yang di senggol, Anwar Abbas pun menjadi korban hinaan dan bully-an mereka yang, menurut saya, tidak dewasa dalam menanggapi kasus ini. Hal tersebut berujung pada munculnya kembali tagar #bubarkanmui di berbagai platform, khususnya di Twitter. 


Padahal, kalau boleh jujur, sebenarnya apa yang diperlihatkan oleh Anwar Abbas dan Jokowi pada acara KEU itu merupakan sebuah proses demokrasi yang baik, dimana kritikan atau masukan-masukan pada pemerintah harus selalu ada. Baik Anwar Abbas dan Jokowi, mereka sangat tegas dalam menyampaikan pendapat-pendapatnya tanpa disertai dengan rasa marah atau kesal. Paling utama adalah mereka pada akhir acara tersebut saling sapa seperti biasa.


Ternyata, momen hangat yang menampilkan sosok Jokowi dan Anwar Abbas di KEU tadi dirasakan juga oleh beberapa politisi, diantaranya Faizal Assegaf dan Gus Umar. Keduanya berpendapat bahwa hal diatas sangat lazim dan tak terhindarkan.  

Seakan Jarum Ditumpukan Jerami  

Sosok Anwar Abbas bukan hanya sekali ini saja melontarkan kritikan atau masukan pada pemerintah. Sebagai seorang pengurus MUI, integritas Anwar Abbas sangat tinggi, apalagi kalau berbicara mengenai kemaslahatan Ummat. Ia berusaha mengingatkan kembali makna Surat Al Imran ayat 104 yang harus direalisasikan secara sempurna, jangan terputus hanya sampai amar ma'ruf saja. Hal ini juga yang melatarbelakangi Anwar Abbas berani mengkritisi Jokowi pada pembukaan KEU beberapa hari lalu.


Bagi penulis, sosok Anwar Abbas seolah Buya Hamka pada zaman presiden Jokowi, ia sangat kritis kalau berkaitan dengan Ummat dan tidak takut walau bui menghadang. Meski sendiri ia bertarung, tapi pantang ia mundur. Penting dicatat bahwa apa yang dilakukan oleh Anwar Abbas bukan berdasarkan pada kebencian atau permusuhan, akan tetapi dilakukan untuk kepentingan Ummat semata.


Sebenarnya bisa dikatakan bahwa munculnya Anwar Abbas seolah angin segar ditengah udara panas yang sedang melanda umat Islam. Ia, dibalik bayang-bayang kasus pemimpin pesantren, sedikit membuka kembali pandangan sosok ulama yang membumi dan mencerahkan ummat. Tidak hanya mementingkan hubungan moral-spiritual semata, tapi lebih bagaimana Islam berperan dalam institusi sosial masyarakat.


Ummat Islam Harus Melek Enterpreneur


Tentu, Anwar Abbas tidak mengkritisi kebijakan pemerintah tanpa adanya solusi yang harus dilakukan oleh Ummat, khususnya Islam. Ada beberapa hal yang kiranya, dalam pandangan Anwar Abbas, yang menjadi alasan kenapa ekonomi ummat Islam kurang bersaing di dalam kancah nasional. 


Pertama, ummat Islam tidak banyak yang tertarik pada dunia enterpreneurship. Padahal banyak yang bisa digunakan sekaligus menunjang, di zaman kemajuan tekhnologi saat ini dan kemudahan dalam berinteraksi, untuk berpikir kreatif bagaimana membuat sebuah usaha. Kemajuan tekhnologi bisa kita gunakan untuk mencari ide-ide usaha kreatif yang bisa kita implementasikan.


Kedua, hal ini memang menjadi perhatian bagi Anwar Abbas, bagaimana pentingnya ummat harus melek terhadap enterpreneurship di era saat ini. Meskipun semuanya memang membutuhkan proses, tapi yah minimal ummat Islam harus diajari terlebih dahulu bagaimana mempunyai enterpreneurship mental, agar terhindar dari zona nyaman menjadi employee. Makanya suatu waktu Anwar Abbas, sebagai ketua PP Muhammadiyah, pernah mempunyai gagasan Hari bisnis di ruang lingkup organisasi Muhammadiyah. Hal ini sebagai implementasi dasar untuk membangun kader-kader yang mempunyai mental seorang pengusaha.