Kasus yang terakhir ini sangat menarik, karena bisa dikatakan kritikan Anwar Abbas ini, yang ditujukan pada orang no. 1 di Indonesia ini, seolah-olah puncak dari kekesalan orang-orang, lebih kepada buzzer, di sosial media. Bahkan bukan hanya MUI saja yang di senggol, Anwar Abbas pun menjadi korban hinaan dan bully-an mereka yang, menurut saya, tidak dewasa dalam menanggapi kasus ini. Hal tersebut berujung pada munculnya kembali tagar #bubarkanmui di berbagai platform, khususnya di Twitter.
Padahal, kalau boleh jujur, sebenarnya apa yang diperlihatkan oleh Anwar Abbas dan Jokowi pada acara KEU itu merupakan sebuah proses demokrasi yang baik, dimana kritikan atau masukan-masukan pada pemerintah harus selalu ada. Baik Anwar Abbas dan Jokowi, mereka sangat tegas dalam menyampaikan pendapat-pendapatnya tanpa disertai dengan rasa marah atau kesal. Paling utama adalah mereka pada akhir acara tersebut saling sapa seperti biasa.
Ternyata, momen hangat yang menampilkan sosok Jokowi dan Anwar Abbas di KEU tadi dirasakan juga oleh beberapa politisi, diantaranya Faizal Assegaf dan Gus Umar. Keduanya berpendapat bahwa hal diatas sangat lazim dan tak terhindarkan.
Seakan Jarum Ditumpukan Jerami
Bagi penulis, sosok Anwar Abbas seolah Buya Hamka pada zaman presiden Jokowi, ia sangat kritis kalau berkaitan dengan Ummat dan tidak takut walau bui menghadang. Meski sendiri ia bertarung, tapi pantang ia mundur. Penting dicatat bahwa apa yang dilakukan oleh Anwar Abbas bukan berdasarkan pada kebencian atau permusuhan, akan tetapi dilakukan untuk kepentingan Ummat semata.
Sebenarnya bisa dikatakan bahwa munculnya Anwar Abbas seolah angin segar ditengah udara panas yang sedang melanda umat Islam. Ia, dibalik bayang-bayang kasus pemimpin pesantren, sedikit membuka kembali pandangan sosok ulama yang membumi dan mencerahkan ummat. Tidak hanya mementingkan hubungan moral-spiritual semata, tapi lebih bagaimana Islam berperan dalam institusi sosial masyarakat.
No comments
Post a Comment