Naoki Yamamoto: Konsep Tasawuf Dalam Kartun Manga

Zakii Aydia - Konsep Tasawuf Anime


Tasawuf Dalam Kartun Manga

Apa yang dilakukan oleh Naoki Yamamoto kiranya bisa dijadikan inspirasi ditengah maraknya isu-isu tentang Islamphobia. Sebagai salah satu contoh Islamphobia yang lagi santer-santernya adalah ketika seorang Profesor yang viral karena pernyataan rasisnya terhadap perempuan berhijab sampai kasus salah satu Ulama yang ditolak, dan menimbulkan respon beragam di berbagai platform sosial media, yang akhir-akhir ini mencuat.

 

Islamphobia, atau saya pribadi lebih cocok meminjam istilah Akbar S. Ahmed, Islam yang tertuduh, merupakan gambaran media barat bahkan tak jarang media lokal, terhadap Islam yang kurang elok. Dibilang sangat menyudutkan karena muatan Islam lain yang luas jarang ditampilkan dimedia-media. Tentu saja ini tidak berimbang dan harus ada upaya resistensi sebagai penyeimbang atau bahkan koreksi. Salah satu orang yang berhasil mengupayakan hal tersebut adalah Naoki Yamamoto.


Naoki Yamamoto, merasakan betul hal tersebut. Ketika dirinya, memutuskan menjadi seorang Mualaf dan ketika ia pulang kembali ke Jepang, maka iapun harus siap dengan berbagai konsekuensi atau kecurigaan-kecurigaan orang terhadapnya. Karena salah satu hal yang seringkali terjadi adalah agama Islam sering dituduh agama teroris. 

 

Tapi Naoki Yamamoto nampaknya tidak pulang dengan tangan kosong. Rasa gelisah yang dirasakan Naoki Yamamoto akhirnya mengantarkannya pada pemikiran sederhana namun setidaknya mempunyai dampak yang baik. 


Sebagai peraih gelar title Ph.D dalam spesialisasi Budaya Tradisi Jepang dan Tasawuf, ia berkeyakinan bahwa ada suatu kesamaan antara konsep dalam ilmu Tasawuf dalam Kartun Manga. Khususnya genre Shounen dan beberapa contoh kartun seperti Demon Slayer, Naruto dan Samurai X. Nah bagaimana bisa yah?

 

Melalui platform website dan akun sosial media, Naoko mulai mengenalkan konsep tasawuf disandingkan dengan budaya populer (kartun manga tadi) dalam beberapa tulisan. Harapannya agar pembaca bisa mengenal islam jauh dari apa yang dipersepsikan media. Dan seiring berjalannya waktu, hal tersebut berbuah positif.

 

Konsep-konsep Tasawuf dalam Manga: Demon Slayer, Naruto dan Samurai X.

 

Kehebatan manga-manga genre Shounen menurut Naoko terletak pada pengembangan karakter dan alur cerita yang tidak sempurna, artinya ada berbagai macam nilai moral untuk meraih apa itu 'kebahagiaan' dalam film tersebut.

 

Dari penelitiannya terhadap Tasawuf dan hubungannya dengan kartun manga shounen (Naruto, Demon Slayer dan Samurai X) terdapat  pola serupa semisal hubungan yang erat antara (guru/murshid), (working spirit/Sayr Suluk), (Irshad/Guidance), (Repetance/Tawbah/taubat)

 

Dalam Naruto, hubungan antara guru dan murid sangat mencolok. Setiap karakter yang berbeda mempunyai guru yang berbeda pula. Naruto dengan Jiraiya. Sasuke dengan Kakashi, Sakura dengan Tsunade dan lainnya. Seorang murid sangat meghormati gurunya karena mereka mempunyai jasa besar. Yang diajarkannya pun bukan hanya jurus berkelahi akan tetapi kadang para guru, meskipun konyol seperti Jiraiya, tapi selalu menyelipkan pesan moral kepada Naruto.

 

Dalam samurai X, Naoko lebih lanjut menjelaskan bahwa beralihnya Kenshin dari seorang pembantai legendaris no 1 di era Meiji menjadi orang yang baik, kadang menyendiri dan sering merenungi apa yang terjadi di masa lalunya, serupa dengan konsep Taubat yang melibatkan dua proses yaitu servis dan Isar (mengorbankan dirinya untuk menolong orang-orang).

 

Tidak mau kalah dengan Naruto dan Samurai X, Demon Slayer yang saat ini digandrungi oleh masyarakat Jepang, menurut Naoki disebabkan karena tokoh protagonis Tanjiro kadang mewakili apa yang terjadi di kehidupan masyarakat.

 

Karakter Tanjiro yang kuat bahkan ditakuti, dibarengi dengan sikap murah hati yang tinggi. Menjadi sosok yang diidolakan oleh para penggemar.