Iklan

Muhammad Zaki Al Aziz
November 14, 2022, November 14, 2022 WIB
Last Updated 2024-03-20T09:35:17Z

Ketika Yap A Siong Safari Dakwah Ke Bandung

Ilustrasi - Al Maoen

Pengantar: Yap A Siong Ke Bandoeng

 

Pada postingan kali ini, dalam sesi seputar Bandung, penulis akan sedikit membahas tentang Yap A Siong, seorang pahlawan dan tokoh Islam yang berasal dari Medan dan merupakan keturunan tionghoa. Ketertarikan penulis terhadap terhadap Yap A siong muncul ketika membaca sebuah surat kabar lawas Al-Maoen yang pernah terbit pada tahun 1930an.

 

Dalam surat kabar tersebut ada sebuah pemberitaan mengenai kedatangan Yap A Siong ke Bandung pada bulan Januari tahun 1939 tepatnya didaerah Cimahi.  Kedatangan Yap A Siong, bila dibaca pada surat kabar tersebut, merupakan perjalanan safari dakwah terhadap muslim Tionghoa yang tinggal di sekitaran Bandung.

 

Dalam surat kabar tersebut dikatakan:

“Ngawitan taboeh 2 siang Djrg. Hadji Jap A Siong propagandist Islam bangsa Tiong Hoa ti Deli, bade ngajakeun lezing di Tjimahi” 

Propagandist yang dimaksud pada kalimat diatas merupakan kata yang cukup lumayan sering muncul pada surat kabar tahun 1930an. Tapi bila melihat pada konteks kalimat diatas maka propagandist disana mempunyai arti makna penyebar.

 

Ini bisa dilihat dari agenda acara yang telah ditetapkan pada pertemuan tersebut yakni:

  • Islam dan Persatoean 
  • Tarich Islam,
  • Islam di Tiongkok

Kedatangan Yap A Siong ke Bandung pada waktu itu bisa dikatakan merupakan sebuah momen penting. Karena untuk menyambut kedatangannya saja dibentuk sebuah komite atau panitia baik dari orang Islam keturunan Tionghoa dan bahkan penduduk asli Bandung.

 

Malahan kedatangan Yap A Siong sebagai pendakwah itu setidaknya merangsang para juragan Bandung dalam rangka berdakwah. Hal ini dibuktikan dengan dibentuknya sebuah badan yang dinamakan Comite Lezing Islam. Mereka yang pada waktu itu menjadi bagian dari Comite Lezing Islam adalah sebagai berikut:

 

Soetalaksana sebagai Voorzitter. Karim sebagai Secretaris Penningmeester dan Ong Soe An, Tjia Kok Soen, Gan Kok Sin, Setiadarma Nachrawi, Awod Alkasadi sebagai leden.

 

Namun sasaran dengan dibentuknya badan ini tentu adalah orang Tionghoa yang ada di Bandung. Sedangkan tempat yang digunakan mereka adalah di gedung Tjong Hoa Sing Hwee yang terletak di Chinese Voorstraat atau Jalan Pecinan Lama, Bandung saat ini.

Yap A Siong: Pendakwah Islam dan Pahlawan Nasional 

Tentu Yap A Siong itu bukan orang sembarangan. Artinya ia disegani dan dihormati oleh semua orang, khususnya orang Tionghoa. Rekam jejaknya dalam berdakwah dan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia telah berlangsung sebelum ia datang ke Bandung.

 

Jalan juang yang ia lalui dalam membentuk nasionalisme adalah dengan mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Persatuan Islam Tionghoa (PIT) pada tahun 1936 di Medan, Deli Serdang. Kelak organisasi itu menjadi kendaraan yang dipakai Yap A Siong dalam berjuang melawan penjajah.

 

Serangkaian safari dakwah yang Yap A Siong lakukan di Jawa merupakan perjalanan jihad demi menyatukan visi. Terutama kepada orang Tionghoa yang ada didaerah luar Sumatera. Mengingat bahwa terdapat sebuah jurang, atau pemisah, imbas dari hukum yang diterapkan oleh Belanda, antara penduduk pribumi dan etnis Tionghoa. Tugas Yap A Siong itulah untuk mejembatani jarak tersebut.

 

Dalam pembahasan diatas disebutkan bahwa salah satu agenda yang akan dibahas dalam pertemuan Yap A Siong dengan orang Tionghoa di Bandung adalah tentang Islam di Tiongkok. Maka bukan tidak mungkin dalam pembahasannya kelak terdapat rihlah perjalanan Laksamana Cheng Ho yang selama berlayar di Nusantara dipenuhi dengan keharmonisan.


Selain periode Cheng Ho banyak juga argumen sejarah penyebaran agama Islam yang dibangun dalam kerangka peran dari orang-orang Tionghoa. Bahkan salah seorang guru besar di Indonesia ada yang berpendapat bahwa kesembilang wali penyebar agama Islam di Jawa itu adalah orang China (TIonghoa).

 

Dengan dikaji kembali narasi sejarah orang Tionghoa pada masa lalu tersebut setidaknya menjadi sebuah pengingat bahwa sebelum kedatangan Belanda, hubungan diantara penduduk lokal dengan Tionghoa sangatlah baik.


Dengan demikian Yap A Siong menjadi salah satu orang yang berhasil menjaga tradisi diantara orang Tionghoa sebagai pendakwah Islam. Kisah Yap A Siong yang berdakwah tanpa mengenal umur pernah diabadikan oleh salah seorang sejarawan dan budayawan Ridwan Saidi.

"saat ia ceramah Islam di Sawah Besar tahun 1960-an dalam bahasa Tionghoa. Saat itu usianya 70-an. Jap A Siong jarang terlihat ngobrol-ngobrol. Ia bicara seperlunya". 

Yap A Siong, Bandung dan Beberapa Pertanyaan 

Kedatangan Yap A Siong ke Bandung menjadi sebuah momentum. Selain berdakwah, ia juga barangkali mengajak orang-orang Tionghoa untuk melek politik. BIla dikatakan demikian apakah kedatangan Yap A Siong ke Bandung mempengaruhi orang Islam Tionghoa di Bandung untuk ikut masuk ke dalam organisasi PIT? Sebuah pertanyaan menarik yang harus dikaji lagi lebih dalam lagi.

 

Selain itu salah satu organisasi yang juga muncul di Bandung pada tahun 1930an adalah Organisasi Muhammadiyah. Pertanyaannya apakah mungkin terdapat hubungan antara organisasi Muhammadiyah dan Yap A Siong. 


Karena salah satu orang yang membawa Muhammadiyah ke tanah Pasundan dan orang yang mendirikan Comite Lezing Islam sebelum kedatangan Yap A Siong ke Bandung adalah seorang juragan dengan nama yang sama, yakni Sutalaksana?


Maka kalau benar, hal tersebut akan menjadi nilai tersendiri bagi organisasi Muhammadiyah di Bandung. Karena organisasi ini terlibat aktfi dalam syiar Dakwah lintas tokoh.