Aku dan Sabda Tuhan (Lingkungan Hidup)

Seorang anak terlihat murung
Dengan keadaanya dia merenung
Ditepi jurang menara itu, dia menatap seluruh kota
Hingar suara era peradaban dan redup suara hati jiwa

Hingga berakhirnya hari-hari silam, datangnya senja
Anak itu masih bernyanyi menemani malam demi sesuap makan
Dalam hatinya ter-patri untuk membuka lembaran baru
Lalu berkata `Dengan keadaan-ku yang seperti ini, tidak lantaas untuk-ku menyerah untuk terbang menyentuh langit

`Sementara itu

Tidak jauh dari pelataran rumah, aku berandai
Terbentang luas hijau-hijau berbaris
Seraya bernari, berdendang dengan harmoni
Tanpa asap dan tanpa bising

Beberapa saat kemudian, aku memohon
`Tolong tuliskan kembali tinta awal kehidupan kita`
Dimana suara gemercik air menyambut pagi, lantunan burung gorejra bernyanyi
Angin sepoi-sepoi dan hijau-hijau pun bergoyang

Aku sendiri duduk diatas bambu rumahku
Aku mengiringi pagi dengan bambu yang berbunyi mengikuti burung bernyanyi merdu
Aku sendiri menatap ciptamu
Aku hanya ingin dunia seperti harmoni irama bambu



Begitulah kata-kata yang aku tulis dalam sebuah diari untuk hari ini dan menurutku kalau aku memfokuskan diri terhadap lingkungan hidup/semesta alam yang indah ini maka aku akan mendapati banyak tema tentang alam yang akan aku tulis dalam diari. Hal ini terjadi karena banyak hal-hal yang masih belum aku ketahui tentang fenomena yang terjadi. Hakikatnya alam ini adalah untuk mendampingi manusia dalam system kehidupan, oleh karena itu alangkah baiknya alam ini dipelihara oleh manusia-manusia. Dengan itu manusia akan hidup berdampingan dengan lingkungan yang asri dan berseri.

Akan tetapi hal itu bertolak belakang dengan yang terjadi belakangan ini. Meskipun penghijaun santer digembor-gemborkan oleh pemerintah namun tidak sedikit juga lahan-lahan yang pada awalnya alami menjadi kotor ulah besi-besi penghancur. Aku meratapi kota dimana aku dilahirkan, ketika itu terbesit tanya mengapa akhir-akhir ini pohon-pohon rindang yang membuat kita sejuk malah dihancurkan?

Suatu tanda tanya besar yang harus segera diselesaikan oleh kita, sadarkah kita bahwa alam semesta juga adalah sabda-sabda dari tuhan, diciptakan tuhan untuk menaungi manusia dari kelaparan. Apakah kita bisa menerima kalau kita melihat banyaknya gedung-gedung pencakar langit yang tidak menghasilkan apa-apa dibuat sebanyak mungkin? Apakah kita bisa menerima ketika mendapati pohon-pohon yang menjerit ditebang dengan kejinya? Kepekaan kita terhadap lingkungan harusnya dipertanyakan kembali.

Kita tidak bisa mendengar jerit kesakitan lingkungan hidup ini, kita tidak menyadari bahwa mereka menangis untuk kita, karena dengan tidak adanya lingkungan hidup yang berseri dan asri akan menimbulkan bencana bagi kita sendiri. Manusia yang tidak mempunyai etika sering kali melupakan esensi keberadaan lingkungan hidup bagi kehidupan. Yang mereka pikirkan hanyalah sebuah hal nyata untuk kehidupan.

Menurutku bukan hanya dikota saja aku mendapati lingkungan hidup yang seakan terkikis oleh peradaban baru, dikampung-kampung juga sudah nampak terjadi hal yang bertolak belakang dengan penghijauan. Aku sangat murka sekali terhadap diri sendiri karena aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk melestarikan lingkungan ini. Aku berharap lingkungan akan membalas balik perlakuan kita, jangan sampai mereka murka terhadap kita. Jangan sampai mereka meniadakan kita dengan sekejap. Karena semua itu bukti dari kekuatan sabda-sabda tuhan.

Jika bumi masih seperti ini, kita hanya sedang menunggu
Menunggu ketika kita dihempas badai akibat murka, digoyang gempa akibat dusta
Siapa yang mau melihat semua terlihat begitu tidak teratur, mereka marah, murka terhadap kita
Ketika malam mencekam, gemuruh ledakan gunung, benturan air bah, angin kencang menderai kita

Sesuatu yang tidak bisa kita hindarkan namun sering kita anggap tiada akan kebenarannya
Melihat gadag besi berserakan diatas langit, menghancurkan kehidupan
Ketika orang maya berkata demikian rupanya akan datang peradaban baru
Semua adalah peringatan akan kepekaan kita terhadap pembuktian


Hatiku tertegur ketika mendapati semua yang aku lihat akhir-akhir ini, dalam hati ingin rasanya mengembalikan semua keadaan indahnya semesta ini, termasuk dilingkungan dimana tempat aku berlabuh. Masih banyak cara untuk menghijaukan lingkungan. Karena alam selalu setia sampai saatnya nanti tiba akhir dari segalanya.