Sajak Untuk Hutan (Jiwa Dalam Duka)



Hutan tempatku berbagi
Kini seakan menjelma sufi
Sampai tiada rimbun dedaunan
Untuk bernaung dalam merah ronanya

Selayang pandang ku melirik
Terasa kesedihan dalam bingkai
Derai air mata mengalir dihelai daun
Deras sangat terasa, hingga banjir menghampiri dan membasahi

Hutan tempat semua cipta bersemi
Kini tiada ku melihat kicaunya bernyanyi
Hampa membelah sepi, tanpa rayuan musik irama sepi
Bahkan ricak embunpun karam mengering bak gurun

Tak adil rasanya melihat mereka terpenjara
Dalam kesedihan dan harapan untuk bisa bernafas lega
Namun kita masih saja bergeming dengan keegoan
Memenjarakan keinginan sepihak dalam mengemban kekuasaan

Lihatlah nanti, tahunpun akan menjawab akan sikap kita
Karena waktu memang lebih kuat, seperti yang Rendra ucap
harusnya yang diciptakan dapat membuka tirai matahari pembebasan
Hutan haruslah diamati oleh hati bukan oleh keinginan semata

Tidak-kah kita merindukan kebebasan jiwa yang terluka
Tercengkram sepi dalam ketiadaan
Biarkanlah mereka rindu akan hidup dalam harmoni
Bukankah hal itulah yang membuat kita kagum tentang cipta reksanya

Muhammad Zakii
2011