Manusia dan Frankenstein (Kehendak Buas)


P erumpamaan orang yang merasa lebih bisa terbang jauh melampaui dan memusnahkan masa lalunya adalah manusia yang tidak pernah melihat secara seksama pada masa kecilnya. Mereka seakan lupa ketika kedua orang tua, lingkungan dan pengalaman disekitar telah mengajarkan sesuatu yang membentuk dirinya saat ini.

Kita sering melihat bagaimana banyaknya orang yang lupa pada sekitar dan seakan tidak perduli ketika dia merasa dirinya telah menempati kedudukan sosial yang tinggi dimata masyarakat, dia menjadi enggan untuk berdamai dengan masa lalunya.

Umpamanya ketika masa kecil atau remajanya ia bedamai dengan agamanya, sekarang dia berubah, menjadi silau dengan apa yang ia percayai. Untuk orang yang seperti itu saya berani menyebutnya dengan sebutan "Orang yang bertengkar dengan masa lalunya".

Mungkin sebagian dari mereka ada yang sombong dengan keangkuhannya, baik dari ilmu, harta, dan kedudukan yang ia dapat. Sehingga seringkali mereka berbicara lantang "saya hidup untuk sekarang, apa gunanya mengurus masa lalu".

Mereka seperti orang yang membungkam pedih pengalaman masa lalunya menjadi sebuah kenangan yang pupus. Padahal kalau dilihat secara seksama, kita tidak pernah bisa mengelak dari keadaan kita dimasa lalu. Barangkali kita berpikir bahwa suatu bangunan/pondasi yang kuat, pastilah mempunyai satu dasar elemen yang paling bawah dari beratus tingkat diatasnya.

Dasar tersebut meskipun paling tak terlihat dari kejauhan namun nampaklah hal tersebut adalah pengalaman pertama yang seharusnya kita jaga, agar tingkatan diatasnya bisa tegak menjulang, dan tak goyah.

Manusia dan Kehendak Buas


Waktu menjadi mahasiswa Sastra Inggris, saya pernah dikenalkan dengan cerita seorang monster yang menakutkan dan mematikan. Wajahnya tentu sangat seram. Monster tersebut sangat mudah kita kenali karena monster tersebut kerap muncul dalam film-film kartun untuk anak kecil, ia adalah monster "frankenstein".

Frankeinstein adalah manusia eksperimen dari kehendak manusia yang terlalu genius yang bermimpi menciptakan seorang makhluk. Mimpinya pun ternyata berhasil, seorang makhluk menyeramkan. Seolah tidak setuju dengan kehendaknya ia tidak memberi nama makhluk tersebut.

Ternyata makhluk tersebut dengan kehendak sang pencipta telah menorehkan mimpi buruk yang nyata bagi orang-orang dan bahkan bagi dirinya sendiri (pecipta monsternya). Seakan-akan yang diciptakan dari pikiran dirinya menjadi senjata mematikan bagi dirinya sendiri.

Kehendak manusia memanglah tak terkendali, kehendak manusia seiring berjalannya waktu bisa berubah, baik petaka ataupun gembira. Semuanya berawal dari dirinya sendiri. Namun seakan tidak perduli, ternyata kesalahan merekalah nampak pada kehilangannya masa lalu yang ia pernah raih.

Nampaklah pada kita bahwa yang merugi pada orang-orang tersebut adalah kehendaknya yang buas, yang seakan lapar akan nafsu dunia yang terbatas. Mereka kehilangan suatu pondasi bahwa suatu saat kehendak itu akan menggerogoti kehidupannya setetes demi setetes sampai habis dilalap api.

Mereka dan Kemunculan Frankenstein


Kemunculan kehendak sang buas ternyata tidak datang dengan sendirinya, namun berjalan berliku seolah bermain pacman. Monster-monster yang bernaung didalam hati mereka seakan terus menyilaukan hati mereka untuk sedikit membuka mata hati untuk membuka kembali pengalaman yang lalu.

Monster tersebut bernaung merdu dan diterima baik didalam pikiran mereka yang telah tercampuri kotoran tinja yang najis.

Seolah tak mau berdamai dengan masa lalu yang indah dan rupawan. Apakah mereka yang lupa itu adalah buta mata atau buta hati? Yang jelas adalah mereka buta dengan melihat keadaan masa-masa silamnya yang tidak seburuk rupa seperti sekarang.

Semoga makhluk buas yang bernaung didalam mereka yang berkehendak jauh dari kehidupan masa silamnya, hancur lebur dan binasa oleh suatu pengadian penting pada sang pencipta semesta raya.