Didanau badaga tak nampak kesunyian itu, malah sebaliknya kesunyian yang terasa sangat mendamaikan qalbu. Maharina mulai menyimpakan kedua lengan bajunya yang putih bak permaisuri, tangannya putih menebar damai. Ketika hendak menyentuh air, terlihatlah suatu dua kedamaian yang saling mengisi. Bening air dan bening putih menjadi altar dunia maharina pagi itu.
Maharina berjalan pada setapak jalan yang terukir oleh kikisan-kikisan air, ia menoreh kesana kemari seperti seorang hawa yang merindukan surga setelah turun kedunia. Sedangkan Ibu dan Ayahandanya sedang menyiapkan makanan, maharina sedang terlihat bermain bersama alam. Sebelum akhirnya mata Maharina terpaku pada boneka kecil bersih yang berada dipinggir danau.
Diambilnya boneka tersebut, dibersihkan terlebih dahulu lalu dibawanya untuk menemani Maharina makan. Ibunda dan Ayahanda menyambut kedatangan Maharina dengan senyum, dibalasnya senyum itu dengan sebuah tanda hormat bak seorang putri pada raja. Dan sempurnalah kebahagiaan mereka didapatkan, ketika mereka menikmati alam sambil makan.
Maharina memohon izin kepada Ayahanda untuk kembali menyimpan boneka kecil ketempat awalnya. Sebelum akhirnya tangan dan boneka maharina menyentuh tanah, tiba-tiba boneka itu bicara dan Maharina terkejut dibuatnya.
Maharina sekali lagi terlihat terkejut namun dia tidak ketakutan dengan apa yang sedang terjadi dihadapannya sekarang. Boneka itu meminta untuk tidak menyimpan kembali kepada tempatnya. Ia menginginkan Maharina membawanya sebelum waktu yang ditentukan untuk pergi tiba. Maharina setuju dan mereka berdua sepakat untuk tidak menceritakan pertemanannya kepada siapapun.
Maharina Berserta Keluarga Hendak Kembali
- Ibunda: "Rina, kenapa kamu tidak menyimpan kembali boneka itu?"
- Rina: "Tidak bunda, Rina ingin menyimpannya dirumah."
- Ibunda: "Dirumah kan sudah banyak boneka-boneka yang bagus."
- Rina: "Ia bunda, tapi Rina belum mempunyai boneka laki-laki yang hidunya pendek begini."
Ibunda Rina lalu melihat kedepan kembali sebelum akhirnya hujan gerimis membasahi lapisan luar kaca mobil yang sedang berjalan. Maharina tertidur dengan boneka barunya, tangannya terkapar melepas boneka yang sebelumnya terikat merekat.
Maharina dan keluarga telah sampai dikediaman yang sederhana nan damai dan tibalah waktu istirahat bagi Maharina dan boneka tersebut. Namun ditengah kesunyian serta sorak horai binatang malam, Maharina terkejut ketika boneka yang diambilnya itu berbicara kepada dia. Boneka tersebut belum mengenalkan dirinya, disungai tadi ia tidak sempat untuk bilang.
- Boneka: "Wahai manusia, perkenankanlah nama aku Pinokio. Aku berasal dari dunia yang dicipatakan"
- Maharina: "Nama aku Maharina, wahai sahabatku! Aku juga sama berasal dari satu yang menciptakan." Sambil senyum..
- Pinokio: "Siapa yang menciptakanmu Rina?"
- Maharina: "Yang menciptakanku adalah Tuhan. Lalu siapakah yang menciptakanmu?"
- Pinokio: "Yang menciptakanku adalah Tuan tanpa hurup H."
- Maharina: "Pinokio, kenapa kau ada didanau badaga tadi?"
- Pinokio: "Aku tidak tahu menahu, tapi aku selalu menunggu seorang teman yang mau menjadikanku teman."
- Maharina: "Akulah temannya, pinokio!" sambil tersenyum.
Malam itu seorang anak kecil dan boneka telah mengikrarkan diri sebagai 2 teman baik. Sampailah bertahun-tahun mereka berteman, kesana kemari selalulah dibawa pinokio oleh rina. Harmoni pertemanan antara Maharina dan Pinokio membawa suatu dunia baru bagi Rina, dia tidak kesepian lagi walau hidup dikota namun hal yang sama tidaklah terjadi kepada pinokio. Pinokio dalam dirinya malah lebih terlihat suka murung sendiri, merenung dikala mendung adalah awal air mata yang mengaliri badan kayunya.
Ditanyalah Pinokio oleh Maharina.
- Maharina: "Pinokio, apakah kamu tidak bahagia berteman denganku?"
- Pinokio: "Tidak, bukan begitu! Aku bahagia mempunyai teman baik seperti Rina."
- Maharina: "Lalu apakah sebab mukamu selalu terlihat murung, terlebih bila langit ini mendung?"
- Pinokio: "Entahlah, aku selalu merasa sedih melihat kehidupan manusia tidak begitu menyenangkan tapi begitu adil."
- Maharina: "Apakah itu maksudnya Pinokio."
- Pinokio: "Apakah Rina belum tahu bahwa kalau aku berbohong maka hidungku yang pesek ini akan memanjang?"
- Maharina: "Aku tidak tahu itu Pinokio, pastilah aku tahu selama ini berarti pinokio tidak pernah berbohong padaku."
- Pinokio: "Ia Rina, oleh karena itulah aku sedih."
- Maharina: "Bagaimana maksudnya kesedihanmu Pinokio?"
- Pinokio: "Aku selalu sedih ketika melihat dunia manusia ini penuh dengan kebohongan, sedih karena keadilan yang seharusnya ada tidaklah nampak pada manusia."
- Maharina: "Maksudmu yang berbohong itu aku atau siapa Pinokio?"
- Pinokio: "Yang aku maksud adalah para koruptor."
- Pinokia: "Setiap hari selalu saja ada orang yang berbeda menjadi tersangka koruptor, tapi mereka masih bisa berbohong. Tidak seperti aku, berbohong sedikit saja, hidungku akan memanjang."
- Maharina: "Itulah mungkin baiknya Tuan mu yang menciptakan" Agar kau tidak berbohong, maka dibuatlah peraturan oleh dia."
- Pinokio: "Lalu memang dikehidupan manusia tidak adakah sebuah aturan?"
- Maharina: "Setahu aku ada, tapi manusia diberi satu kekuatan yang memang sudah menjadi tabiat. yaitu mereka mampu berbohong."
- Pinokio: "Itu tidak adil!! Mengapa hidung mereka tidak memanjang?"
- Maharina: "Itulah keadilan yang diberikan oleh Tuhan manusia, yang memanjang bukannya hidung yang bisa terlihat namun dosa yang tidak terlihat, dan jelas bahwa akan lebih dari hidung yang memanjang untuk yang melanggarnya.
- Pinokio: "Oh jadi begitu. Sekalipun mereka takut kepada Tuhan, tapi mereka selalu saja melakukan dosa."
- Maharina: "Begitulah, kalau kamu berbohong sedikit saja maka akan langsung dibalas dengan peraturan. Maka manusia tidaklah seperti itu. Akan ada waktu yang ditentukan."
- Pinokio: "Kalau begitu aku ingin menjadi manusia aja ah!!"
- Maharina: "Kalau saya sarankan, kamu dan manusia para koruptor itu mending jadi boneka sepertimu, biar tidak ada dosa yang tertimbun, yang pada akhirnya akan ditebus dengan siksa.
- Pinokio: "Aku takut maharina! Ia aku mending seperti begini saja."
- Maharina: "Manusia dalam kehidupannya ada dua jalan yang akan ditempuh, kanan dan kiri. Baik dan buruk, semuanya beriringan, namun akhirnya akan dibangkitkan ditempat yang satu. Segala tindak tanduk kehidupan akan dipertanggung jawabkan, pun dosa-dosa yang tertimbun.
- Pinokio: "Sungguh aku beruntung menjadi boneka, aku berbohong maka kebohongan itu akan nampak pada hidung, pada saat itupula aku selalu ingin berbuat baik. Apakah manusia juga ada yang seperti itu Rina?"
- Maharina: "Aku tidak tahu pasti, tapi untuk bertobat dan tidak berbohongnya itu adalah hal yang tak nampak pada mata."
- Pinokio: "Maharina, apakah aku boleh mengajukan sesuatu hal kepadamu?"
- Maharina: "Ia, kamu adalah sahabatku, dan akan aku lakukan apa saja untukmu."
- Pinokio: "Bolehkah aku kembali lagi ketempat awal kau temukan aku?
Maharina terdiam begitu lama ketika pinokio meminta untuk dikembalikan kedanau badaga. Maharina tersendu meneteskan air mata.
- Maharina: "Kenapa kamu meminta hal itu?"
- Pinokio: "Aku sendiri tidak ingin meninggalkanmu Rina!"
- Maharina: "Lalu permintaanmu tadi?"
- Pinokio: "Maharina, aku dikirim ke danau badaga adalah untuk hidup didunia menjadi seorang manusia, tapi setelah mendegar dan tahu didunia ini banyak orang-orang yang berbohong, aku tambah takut." Meneteskan air mata
- Maharina: "Apakah kita akan bertemu kembali?"
- Pinokio: "Aku akan dibawa oleh seorang manusia lagi, sama sepertimu. Tapi bukanlah ditempat ini, tempat ini terasa seperti negeri koruptor. Jika aku menjadi manusia nanti, aku akan menemuimu."
- Maharina: "Aku pegang janjimu Pinokio."
Malam itu adalah malam terakhir bagi mereka berdua sebagai seorang teman. 2 pekan hidup dinegeri Maharina, terasa hidup dinegeri koruptor. Pinokio tidak kerasan dan takan mampu bila menjadi manusia disini.
Pada akhirnya Pinokio kembali ketempat asalnya, menunggu petualangan berikutnya dan Maharina pun kembali ketempat asalnya...
Daftar Rujukan
Image on http://ichiell.blogspot.com/2010_10_01_archive.html
Image on http://rafiecell.blogspot.com/2011/07/cara-mengenali-pembohong-di-sekitar.html
Image on http://majalahbuser.com/sby-berhidung-pinokio-patung-kerbau-atribut-demo-disita-polisi.html
Image on http://ichiell.blogspot.com/2010_10_01_archive.html
Image on http://rafiecell.blogspot.com/2011/07/cara-mengenali-pembohong-di-sekitar.html
Image on http://majalahbuser.com/sby-berhidung-pinokio-patung-kerbau-atribut-demo-disita-polisi.html
No comments
Post a Comment