Kritik Review Buku The Life of Muhammad Karya William Muir

B erikut ini adalah sebuah tinjauan kritis penulis terhadap salah satu buku orientalis Sir William Muir yang berjudul Kehidupan Nabi Muhammad.

Tujuan penulisan ini tak lain hanya ingin mengetahui sekaligus menilai bagaimana buku ini mempunyai kontribusi terhadap perkembangan citraan Nabi Muhammad di mata ilmuwan Barat dan orang-orang barat pada umumnya saat ini.

Selain itu Sir William Muir itu sendiri bisa dijadikan sebagai tokoh orientalis awal yang membawa citraan Nabi Muhammad untuk dikenal di kesarjanaan Barat pada abad kesembilan belas, karya-karyanya juga bisa dikatakan karya yang terbesar yang dilakukan pada abad itu. Namun alasan yang paling penting ialah karena buku ini adalah salah satu karya yang pertama yang memakai bahasa Inggris namun menggunakan sumber tulisan pada sumber-sumber Arab asli.

Sir William Muir dalam bukunya, life of Muhammad, membagi pembahasan kepada pendahuluan, bagian pertama serta bagian kedua. Di bagian pendahuluan dibahas terlebih dahulu bagaimana kondisi orang Arab sebelum datangnya Islam sampai kepada kelahiran Nabi Muhammad dan pengaruh-pengaruh pada masa itu yang akan menjadikan watak Nabi. Sementara dibagian kesatu dan kedua William Muir membahas sisi kehidupan Nabi Muhammad.

A. Sir William Muir

Sebuah karya, apalagi karya sejarah, kemungkinan tidak akan pernah terlepas dari sisi kesubyektifan, apalagi bila berbicara dalam konteks para orientalisme. Selalu ada saja hal yang melenceng bila berkaitan dengan penulisan karya sejarah, khususnya sejarah Nabi Muhammad.

Diantara banyaknya para penulis orientalis yang kita kenal sampai saat ini, salah satu pionir paling awal yang tak boleh dilewatkan yaitu Sir William Muir yang dilahirkan pada tahun 1819 dan kelak pada tahun 1837 ia tinggal di India. Muir mengenyam sekolah tingginya di Universitas Edinburg dan di Glasgow. Terakhir, sebelum ia menjadi pekerja di India, dia terlebih dahulu mengenyam pendidikan khusus untuk mempelajari kebudayaan timur yaitu di Haileybury College. Kelak para ahli, yang menelaah tentang Muir, mengatakan bahwa sekolah terakhir inilah yang mempengaruhi dia dalam penulisan-penulisan sejarahnya. seperti ungkapan salah Bennet dibawah ini:

Bennett sees Muir as strongly influenced by his education at Haileybury College, leading him to attitudes of racial and cultural superiority.[1]

Selain itu peran dia, Sir William Muir, sebagai seorang missioner kelak akan menjadi sandaran manakala ia menggambarkan sosok penting yang ada didalam agama Islam. Sebagaimana yang tertera dalam kutipan dibawah:

Muir was closely associated with the missionary community, and as an Evangelical was strongly supportive of their aims. In the words of Norman Daniel, “Sir William Muir brings together three different worlds: that of scholarship, that of government, and that of missions.”…. Muir’s strong support for evangelical missions, Christian education, and indigenous congregations of Christians was a hallmark of his administration.

Sir William Muir menjadi terkenal oleh karena ia telah menulis salah satu buku tentang kisah Nabi Muhammad, yang mana pada waktu itu masih sedikit orang-orang yang menulis tentang biografi orang Islam yang memakai bahasa inggris dan yang bersumber pada sumber-sumber primer. Akan tetapi perlu diketahui juga bahwa sebelum ia berhasil membukukan karyanya itu, beliau banyak mendapat pengaruh dari salah seorang teman Germannya yang bernama Pfander, seorang penganut peitisme, sebuah gerakan di lingkungan Lutheranisme, yang berlangsung dari akhir abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-18. Dengan demikian perlu dicurigai, dalam hal ini, ditelaah mengenai isi dari buku yang ditulis oleh Muir. Mengingat bahwa gerakan diatas sangat extrimis melihat dan memahami Agama Islam.

Pada tulisan ini kiranya hanya akan dipaparkan mengenai bagaimana Muir salah menginterpretasikan pendaptnya tentang Epilepsi yang di alami oleh Nabi Muhammad dan juga mengenai salah kaprah terhadap interpretasi pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Zainab.

B. Bagian Pertama (Beberapa Pendapat Muir Yang Kontroversial)

Sir William Muir, seperti halnya para ahli lainnya, mencatat agama, sosial dan politik mengalami kesulitan besar dan oleh karenanya ia membutuhkan solusi. Dia berpendapat bahwa masalah ini dapat diselesaikan dengan kehadiran Nabi Muhammad melalui beberapa taktik termasuk "perang" dan "penjarahan.

Sebagaimana yang dicatat pada bagian muka bukunya: "The material for a great change was here. But it required to be wrought; and Muhammad was the workman.  Nampak dalam kutipan tersebut ia memang meyakini bahwa kondisi Arab pra Islam yang sedemikian parahnya itu bisa diatasi dengan kehadiran Nabi Muhammad.

Meskipun begitu, meski ia terlihat agak memuji, namun terdapat sisi lain juga yang tidak boleh dikesampingkan begitu saja. Ia mengungkapkan juga pendapat klasik yang mengatakan bahwa gagasan Muhammad itu tidak lain hanya meminjam sebagian besar pikirannya dari Yahudi dan Kristen dalam rangka memperjuangkan dan untuk menolak setiap keaslian spiritualitas asli dalam misinya.

Hal ini mengindikasikan bahwa nampaknya Muir terjebak pada gagasan klasik yang selalu didegungkan oleh para orientalis lainnya. Terlebih bila kita melihat pada pendapat dia yang ekstrem, yang mungkin masih terngiang sampai saat ini, bahwa Nabi Muhammad pernah terserang penyakit epilepsi pada saat umurnya kurang lebih 2-3 tahun. Dalam hal ini jelas kalau dibandingkan dengan para penulis kajian sirah akan berbeda.

Sehubungan dengan pendapat gila Muir tersebut, sir Sayed Ahmad Khan mengkonfirmasi bahwa bisa jadi kemungkinan Sir William Muir mengalami keadaan yang sulit dalam menterjemahkan teks bahasa Arab atau telah terjadi kesalahan interpretasi dalam pemaknaan.

In the original text of Ibn Hisham, the word which Muir misreads and misinterprets is Usib which in classical Arabic means simply 'afflicted' and does not in Arabic usage imply epilepsy.
Bila kita melihat kepada teks lain yang dipaparkan Muir pada halaman berikutnya maka akan terlihat kontradiksi, karena dia mengatakan bahwa Nabi Muhammad: “Diberkahi dengan pikiran halus dan rasa halus, pendiam dan selalu meditasi, ia tinggal jauh di dalam dirinya sendiri; dan perenungan hatinya tidak dapat diragukan lagi diberikan pekerjaan selama berjam.

Hal yang menggelikan lagi yang terdapat dalam buku Life of Muhammad adalah ketika Muir berpendapat bahwa memang ia bisa menerima pendapat bahwa ketika Nabi Muhammad berpergian ke Syria ia bertemu dengan seorang pendeta tapi ia berpendapat miring kalau misalkan Nabi Muhammad telah bertemu dengan Nostorius:

He does not dispute the possibility that Muhammad might have met some monks on his Syrian journeys and might have discussed matters with them or listened to them but he calls it ridiculous and puerile the idea that he met Nestorius.
Ada kemungkinan Muir ini sedang berpendapat subyektif, karena terlalu mengagungkan Kristen, karena pada sumber lainnya terdapat teks yang menerangkan bahwa kalau kemungkinan ajaran Kristen di Suriah masih alami maka kemungkinan Nabi Muhammad akan masuk agama Kristen. Further, he reiterates that Christianity as it existed at that time in Syria and its environs was not pure and that if Muhammad had encountered pure Christianity, he would have become a Christian.

Tidak hanya itu saja, Muir kembali berulah ketika ia berpendapat mengenai kunjungan Nabi Muhammad ke Gua Hira. Dia mengatakan bahwa kunjungan yang selalu dilakukan Nabi Muhammad ke Gua Hira tidak lain hanya untuk kontemplasi diri semata, dimana pada waktu itu Nabi mengalami periode kegelisahan yang luar biasa.

Subjek yang menjadi pembahasan menarik lainnya adalah apa yang diutarakan Muir terkait peristiwa Isra Mikraj. Ia mengatakan bahwa, bisa jadi ia menasehati bahwasanya, lebih baik peristiwa ini janganlah disebarkan kepada orang-orang lain, apalagi terhadap orang kafir yang tidak akan mempercayainya.

“to expose himself to derision of the unbelievers. But he persisted. ...As the story spread abroad, unbelievers scoffed and believers were staggered; some are even said to have gone back”. 
Meskipun begitu ia menganggap bahwa hal ini hanya cerita fantastis yang hanya terdapat dalam surat saja.

This time he has no tradition to support this. He describes Muslim opinions about the issue as full of fanciful stories. To him, the insignificance or perhaps its falsity is seen from the fact that it is mentioned only in Surah Al-Isra or Bani Israil.

Ada kemungkinan Sir William Muir tidak pernah berkenalan dengan apa yang namanya pengalaman beragama seseorang. Karena secara psikologi agama apa yang dialami oleh Nabi Muhammad itu adalah fenomena universal dalam pengalaman religius. Dengan demikian pertanyaan harus diutarakan kepada Muir apakah pada waktu itu ia telah akrab dengan ilmu studi agama, katakanlah Mircea Eliade?

C. Nabi Muhammad dan Zeinab Dalam Bingkai Muir

Happening one day to visit his adopted son Zeid, he found him absent. As he knocked, Zeinab his wife, now over thirty years of age, but fair to look upon, invited him to enter ; and, starting up in her loose and scanty dress, made haste to array herself for his reception. But the beauties of her figure through the half-opened door had already unveiled themselves too freely before the admiring gaze of Mohammad. 
He was smitten by the sight : * Gracious Lord !' he exclaimed ; ' Good Heavetis ! hoiv Thou dost turn the hearts of men I ' The rapturous words, repeated in a low voice as he turned to go, were overheard by Zeinab, who perceived the flame she had kindled, and, proud of her conquest, was nothing loth to tell her husband of it. Zeid went straightway to Mohammad, and declared his readiness to divorce Zeinab for him. This Mohammad declined : ' Keep thy wife to thyself,' he said, ' and fear God.' But Zeid saw probably that the admonition proceeded from unwilling lips, and that the Prophet had still a longing eye for Zeinab. 

Orang barat, secara umumnya, banyak yang menganggap bahwa Nabi Muhammad mempunyai kelainan dalam hal mencari istri. Bahkan isu ini memang menjadi primadona bagi para pembenci islam yang tak kunjung berhenti mempropagandakan kebenciannya. Akan tetapi akan lebih mengerikan lagi kalau misalkan yang berbicara tentang kesalahpahaman tersebut berasal dari seorang intelektual barat, yakni dalam hal ini Sir William Muir.

Seperti yang bisa dilihat diatas, kalau misalkan disimpulkan maka kesimpulannya akan seperti ini. Bahwa Nabi Muhammad SAW melihat Zainab, salah satu anak angkatnya, yang pada waktu itu terlihat bagian tubuhnya, dan Nabi Muhammad melihatnya dengan lama. Bahkan sampai terkejut dan mengeluarkan kata-kata pujian.

Tentu apa yang dituliskan oleh Muir ini pada akhirnya akan menjadi sebuah sumber kembali bagi para orientalis, sebut saja macam Washington Irving dan lain-lain. Meski pada kenyataannya tidak seperti demikian akan tetapi bila ideologi yang berbicara, apalagi bila berbicara tentang orientalis, maka kesalahan sekecil apapun akan menjadi pembicaraan yang dibesar-besarkan oleh orientalis.

By: Muhammad Zaki Al Aziz

Hai, selamat datang di website personal saya. Perkenalkan nama saya Muhammad Zaki Al Aziz, asli dari Bandung. Dulu pernah sekolah di Darul Arqam, Sastra Inggris S1 dan Sejarah Kebudayaan Islam S2 UIN. Sekarang saya adalah seorang Guru di MBS di Bandung.

Post a Comment

Post a Comment