Ilustrasi |
Sebuah Pengantar:
Bayangkan bila kemajuan tekhnologi dizaman sekarang bisa membuat yang jauh terasa mendekat dan sebaliknya, yang terasa dekat menjadi menjauh?Hal-hal seperti ini, khususnya dalam dunia global, dunia media baru (baca:paska Marshal Mclluhan) telah mencapai satu titik yang membingungkan.
Kita bisa menjadi mesin didalam konteks tertentu dan mesin bisa menjadi kita dalam konteks tertentu. Keduanya sama yakni kita mempunyai satu simulasi yang hebat. Melebihi dari apa yang diungkapkan Baudrillard, mungkin.
Sebagai satu contoh, akhir-akhir ini, para pakar tekhnologi barat telah menemukan sesuatu yang menghebohkan. Ia heboh karena menyinggung hal-hal yang sensitif, yang selalu membuat manusia tersipu mau karenanya.
Orang barat telah menciptakan mesin yang mampu membawa pengalaman manusia pada tempat yang tidak semapai. Manusia berada dalam pengalaman mesin. → The Experience Machines. Atau dalam bukunya Yasraf Amir Piliang itu adalah Ketika gairah tubuh digantikan oleh mesin.
Pertanyaannya bagaimana jika semua hal yang anda inginkan dengan mudahnya bisa dibuat replikanya oleh mesin dan pada saatnya itu anda tidak mampu membedakan mana yang asli dan mana yang tidak?
Bagaimana bila anda sedang kangen banget terhadap seseorang yang pada kenyataannya ia sedang berada di Amerika?Dan kangennya itu memuncak pada keinginan yang paling monumental dari kedua jenis kelamin yang berbeda yang sedang dinaungi rindu yang menggebu?
Jawabannya anda akan ngacay!!Tau tidak arti ngacay?Ngacay adalah baeud karena hasrat yang kuat untuk melampiaskan kangen terhadap pasangan anda hanya berakhir dengan kalimat "nanti aja yah kalau ketemu" :D
Tapi tenang, untuk saat ini, pada saat-saat media dan tekhnologi telah mencapai pada tahap yang paling mengagumkan dari kemajuan, hal tersebut bisa teratasi hanya dengan lewat mesin. Lebih jelas lagi ia bisa menjadi satu pengalaman luar biasa hanya dengan lewat mesin, kabel, kamera dan vibrator yang ada pada kabel tersebut.
Bila tangan kekasih kita, umpamanya bergerak kepada tangan, maka pasangan lain, yang jauh dari pasangan satunya, akan merasakan bagaimana sentuhan itu mulai terasa dalam kabel atau pengalaman yang ditimbulkan dari mesin hedon itu.
Hal tersebut telah melampaui hubungan sex nya itu sendiri. Ia telah menjadi semacam Post-seksualitas dalam dunia cyberspace, yang pada awalnya digambarkan sebagai sebuah ruang halusinasi yang tercipta dari jaringan data-data komputer, yang digunakan sebagai saluran komunikasi antarmanusia dalam skala global, pada perkembangan mutakhirnya telah menjelma menjadi sebuah saluran raksasa dari hampir setiap aktifitas manusia, termasuk aktifitas seksual. (Yasraf Amir Piliang)
Ilustrasi |
Hal ini bukanlah tanpa persoalan. Ia banyak menimbulkan persoalan dari segi apapun. Namun yang selalu menjadi permasalahan utama pada konteks seperti ini adalah bagaimana definisi yang sudah kuat mengakar sedari dulu didekonstruksi secara hebat dengan adanya mesin pengalaman ini.
Beberapa Kegalauan Yang Melingkar
Dalam postingan saya yang menyinggung tentang dunia peralihan "Problem Subjek: Modern dan Posmodern" dijelaskan sedikit tentang bagaimana dunia ini sangat erat terpengaruh dengan peralihan dunia galau tersebut.
Adalah subjek yang selalu menjadi titik diskusi para penikmat filsafat, sosial, sejarah, pada umumnya atau cultural studies. Bukanlah tanpa alasan mengapa mereka selalu mendiskusikan problem tersebut.
Bahkan seorang Zizek pun, yang terkenal dengan pemikirannya yang frontal, selalu membahas hal ini.
Bila berbicara tentang subjek, setau saya, maka kita harus berpaling pada satu kata yang bisa menjadi titik temu antara kegalauan tersebut. Tali yang bisa memikat kita untuk mengerti kegalauan tersebut yakni Alienasi.
Sebetulnya ada banyak definisi yang menyerupai alienasi. Namun untuk menghormati Marx, sebagai orang yang terkait erat dengan teori ini, maka saya memakai kata klasik ini.
Modernitas, Realitas dan Identitas Subjek
Kematian subjek dalam dunia tekhnologi adalah permasalahan yang akan selalu menjadi daya tarik untuk dicermati. Namun pada hal lain tersebut kita juga harus mempertanyakan kembali keberadaan realitas dizaman sekarang.
Pembicaraan identitas subjek dan realitas dizaman modern adalah pionir bagi periode posmodern. Ia adalah salah satu kunci bagaimana keagungan modern bisa digulingkan pada titik-titik tertentu. Baginya kedua tersebut telah mati dan keduanya digantikan oleh apa yang diciptakan manusia. Manusia teralienasi dalam kehendaknya. Manusia dimakan tewas oleh ciptaannya sendiri.
Singkatnya adalah subjek telah mati. Yang ada adalah kegirangan dan kesenangan yang membuas seakan meniadakan peran subjek yang sebenarnya. Realitas telah melebur dengan simulasi.
Seharusnya Bertanya
Benarkah yang kita dapatkan dari mesin pengalaman ini adalah sebuah realitas atau hanya sebuah ruang cyberspace, tandasnya citra realitas? Karena pada kenyataannya realitas itu banyak menjadi pembahasan, mulai dari plato, euclides, sampai pada Eco.
Bisakah kita benar-benar menikmati pengalaman yang seharusnya bersapa rindu memeluk nyata menjadi hanya kabel sebagai penggantinya? Ataukah kita hanya merindu pada kesenangan dan pengalaman saja? Bila sudah seperti ini apakah kita benar-benar menginginkan realitas?Atau benarkan realitas itu hanya sebuah pengalaman rasa dari seorang manusia?Entahlah, mungkin itu bagi sebagian orang berarti dan sebagian laginya tidak berarti apapun....
No comments
Post a Comment